Tasya Kamila Melahirkan dengan Metode ERACS, Apa Bedanya dengan Operasi Caesar Biasa?

Persalinan dengan metode ERACS bukan sesuatu yang benar-benar baru.

Republika/Santi Sopia
Tasya Kamila dalam acara Kinder Joy Ice World & Magic Castle Campaign di Lippo Mal Puri, Jakarta, Sabtu (12/11/2022). Tasya melahirkan pada Ahad (1/1/2022) dengan metode ERACS.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melahirkan dengan metode Enhanced Recovery After Caesarean Surgery (ERACS) menjadi perbincangan warganet setelah artis Tasya Kamila menjalaninya dalam persalinan anak keduanya pada Ahad (1/1/2023) lalu. Seperti apa sebenarnya metode ERACS itu?

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Zeissa Rectifa Wismayanti mengungkapkan sudah cukup banyak ibu yang menjalani persalinan dengan metode ERACS. Ini bukan panduan yang benar-benar baru.

Baca Juga


"Sudah diperkenalkan di Inggris sekitar 2013," ujar dr Zeissa kepada Republika.co.id, Kamis (5/1/2023).

Dr Zeissa menjelaskan ERACS adalah panduan umum langkah-langkah yang dilakukan untuk pemulihan setelah bedah caesar yang lebih cepat. Prosedurnya meliputi komponen sebelum operasi, saat operasi, dan pascaoperasi.

Komponen pra operasi meliputi edukasi dan persiapan ibu. Optimalisasi kondisi ibu hamil termasuk di dalamnya, mulai dari pengecekan kondisi haemoglobin, mengurangi lama puasa sebelum operasi, persiapan menyusui, hingga penggunaan obat lambung sebelum operasi.

Sementara itu, komponen selama operasi meliputi penjagaan terhadap suhu yang optimal untuk pasien, pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi, dan pemberian cairan infus. Teknik operasi dan pembiusan, pencegahan mual muntah, dan inisiasi menyusu dini (IMD) juga termasuk di dalamnya.

Komponen pasca operasi meliputi mobilisasi dini, penggunaan antinyeri, makan dua jam setelah operasi, melepas kateter lebih awal, konseling laktasi, dan kolaborasi dengan perawatan bayi. Menurut dr Zeissa, metode ini berbeda dengan metode caesar yang biasa.

"Perbedaannya ada pada beberapa komponen-komponen pra, intra, dan pascaoperasi," jelas dokter yang praktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya ini.

Sebelum melahirkan, calon ibu harus berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis anestesi, serta dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Ini penting untuk memastikan kondisi ibu hamil memungkinkan atau tidak untuk menjalani bedah caesar menggunakan metode ERACS.

Dengan metode ERACS, pasien akan menjalani puasa sebelum operasi dengan durasi yang lebih singkat dibandingkan dengan puasa sebelum operasi caesar konvensional. Puasanya terdiri dari beberapa bagian, yaitu sampai dengan delapan jam sebelum operasi boleh bebas makan, sampai dengan enam jam sebelum operasi boleh mengonsumsi makanan ringan seperti roti dan biskuit.

Lalu, ketika puasa sampai dengan dua jam sebelum operasi, pasien masih boleh minum. Akan tetapi, minumannya harus yang tanpa ampas (clear fluid), seperti teh manis hangat, sirup, air putih, atau jus tanpa serat.


Dr Zeissa mengungkapkan perencanaan ERACS sebaik-baiknya dilakukan sejak kontrol kehamilan. Apabila tidak ada penyulit lain pada ibu, seperti preeklampsia dengan tekanan darah tidak terkontrol ataupun dengan komplikasi lain, anemia berat, diabetes dengan gula darah tidak terkontrol, dan sebagainya, bisa saja dilakukan metode ERACS.

"Perlu dilihat juga apakah tindakan operasi ini merupakan terencana atau darurat, karena kalau darurat mungkin saja tidak semua langkah dalam panduan ERACS bisa dilakukan," jelas Dokter Zeissa.

Selain itu komponen IMD ketika bayi lahir, juga harus melihat kondisi bayi saat dilahirkan.

Dokter Zeissa mengatakan biaya ERACS ini tidak lebih mahal daripada caesar biasa karena masa rawat inap di rumah sakit justru lebih singkat. Ibu dapat lebih cepat bonding dengan bayi dan merawat bayi. Kisaran harganya tentu akan berbeda-beda setiap rumah sakit. Itu akan tergantung pada preferensi kamar rawat inap yang dipilih pasien dan kondisi pasiennya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler