PBB: Kunjungan Ben-Gvir ke Al Aqsa Sangat Menghasut

Semua pihak diminta menahan diri dari langkah yang tingkatkan ketegangan.

AP Photo/Maya Alleruzzo
Polisi Israel mengawal pengunjung Yahudi ke kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, Selasa, 3 Januari 2023. Itamar Ben-Gvir, seorang ultranasionalis Menteri Kabinet Israel, mengunjungi situs suci Yerusalem pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak menjabat dalam pemerintahan baru sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu minggu lalu.
Rep: Mabruroh Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Seorang pejabat tinggi PBB mengatakan kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir ke kompleks Al Aqsa di Yerusalem Timur dipandang sangat menghasut dan memperingatkan risiko kekerasan. Berbicara kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis, Khaled Khiari, asisten sekretaris jenderal untuk urusan politik dan pembangunan perdamaian, mengatakan semua pihak harus bekerja untuk menurunkan ketegangan setelah kunjungan menteri Israel minggu ini.

Baca Juga


“Meskipun kunjungan itu tidak disertai atau diikuti dengan kekerasan, itu terlihat sangat menghasut, mengingat advokasi Ben-Gvir di masa lalu untuk perubahan status quo,” kata Khiari pada sesi darurat yang diminta oleh UEA dan China dilansir dari The National News, Jumat (6/1/2023).

“Seperti yang telah kita lihat berkali-kali di masa lalu, situasi di tempat-tempat suci Yerusalem sangat rapuh, dan insiden atau ketegangan apa pun di sana dapat meluas dan menyebabkan kekerasan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, di Israel, dan di tempat lain di wilayah tersebut,” paparnya.

Khiari mengulangi seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, agar semua pihak menahan diri dari langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan di dalam dan sekitar tempat suci. Dia juga meminta semua pihak untuk menegakkan status quo, sejalan dengan peran khusus Kerajaan Hashemite Yordania.

Wakil duta besar UEA untuk PBB, Mohamed Abushahab mengatakan kunjungan Ben-Gvir mencerminkan kurangnya komitmen Israel terhadap status sejarah dan hukum tempat-tempat suci Yerusalem yang ada.

“Itu juga merupakan perkembangan serius yang menjauhkan kawasan dari jalur perdamaian yang diinginkan dan berkontribusi untuk melanggengkan tren negatif konflik,” kata Abushahab.

Sebelum pertemuan dewan, duta besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, mengklaim bahwa kunjungan itu bukan serangan ke Al Aqsa. Menurutnya, siapa pun yang menuduhkan hal tersebut justru memanaskan situasi.

Pertemuan darurat diminta setelah Ben-Gvir, seorang pemimpin sayap kanan yang sebelumnya menyerukan perubahan status quo di Yerusalem, mengunjungi Al Aqsa, sebuah situs yang juga dihormati oleh orang Yahudi.

“Temple Mount terbuka untuk semua orang,” kata Ben-Gvir di Twitter, menggunakan nama Yahudi untuk situs tersebut. 

Rekaman video menunjukkan dia berjalan-jalan di sepanjang pinggiran kompleks, dikelilingi oleh petugas keamanan yang ketat. Termasuk pengawalan dari udara.

Kunjungan Ben-Gvir memicu gelombang kecaman internasional, termasuk dari sekutu dekat Israel, AS. Meski kunjungan ke tempat suci itu berlalu tanpa insiden, hal itu berisiko meningkatkan gesekan dengan warga Palestina setelah gelombang kekerasan di Tepi Barat pada 2022 lalu.

Al Aqsa terletak di Yerusalem Timur dan merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam. Di bawah status quo lama, non-Muslim dapat mengunjungi situs tersebut pada waktu tertentu, tetapi tidak diizinkan untuk berdoa di sana.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang Yahudi, kebanyakan dari mereka adalah nasionalis Israel, yang diam-diam berdoa di kompleks tersebut, sebuah perkembangan yang dikecam oleh warga Palestina.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler