Bikin Marah China! Kapal Militer AS Malah Lintasi Selat Taiwan
AS klaim kehadiran di Selat Taiwan bukti komitmennya terhadap Indo-Pasifik
REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI – Kapal militer Amerika Serikat (AS) kembali melintasi Selat Taiwan, Kamis (5/1). Pelayaran semacam itu diketahui kerap memantik kecaman dan kemarahan China.
Militer AS mengungkapkan, kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, Chung-Hoon, melakukan transit di Selat Taiwan. “Transit Chung-Hoon melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” katanya.
Pemerintah China belum merilis pernyataan merespons pelayaran Chung-Hoon di Selat Taiwan. Dalam beberapa tahun terakhir, kapal perang AS, dan terkadang milik sekutu seperti Inggris serta Kanada, telah berlayar melewati Selat Taiwan. Hal itu segera memantik kemarahan Beijing. China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari teritorialnya.
AS sebenarnya terikat pada kebijakan satu-China. Artinya Washington hanya memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Beijing dan tidak dengan Taipei. Namun selama ini AS telah menjadi pendukung utama Taiwan, termasuk dalam memasok persenjataan.
Belum lama ini, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui kemungkinan penjualan sistem peletakan ranjau anti-tank Volcano ke Taiwan dengan harga sekitar 180 juta dolar AS. Hal itu diungkap Kementerian Pertahanan AS dalam sebuah keterangan yang dirilis 28 Desember 2022 lalu.
Northrop Grumman dan Oshkosh Corporation adalah kontraktor utama untuk potensi penjualan ranjau anti-tank Volcano ke Taiwan. Undang-undang AS mewajibkan cabang eksekutif untuk memberi tahu Kongres tentang potensi penjualan senjata yang melebihi jumlah tertentu. Namun pemberitahuan ini biasanya tidak dibuat kecuali anggota parlemen telah memberikan persetujuan informal kepada Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon untuk bergerak maju.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengungkapkan, penjualan sistem ranjau anti-tank Volcano akan berlaku sekitar satu bulan. Menurut mereka, kepemilikan sistem itu bakal meningkatkan kapasitas “perang asimetris” Taiwan untuk membuat pasukannya lebih gesit.
“Kegiatan militer Partai Komunis China yang sering dilakukan di dekat Taiwan telah menimbulkan ancaman militer yang parah kepada kami,” kata Kementerian Pertahanan Taiwan seraya menambahkan bahwa penjualan militer AS yang berkelanjutan adalah “landasan menjaga stabilitas dan perdamaian regional”.