PO Palm Co Langkah Tepat Maksimalkan Potensi PTPN Group 

Bisnis Energi Terbarukan Palm Co menjadi daya tarik khusus bagi investor serta publik

ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
Pekerja melakukan perawatan tanaman bibit kelapa sawit di lahan pembibitan. (Ilustrasi)
Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana sub Holding PTPN Group, Palm Co, melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) di bursa efek tahun ini, dinilai sebagai langkah yang tepat untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki perusahaan.  

Baca Juga


"Saya melihat inisiasi menjadi sub holding ini kemudian berlanjut ke IPO adalah langkah yang tepat. Dengan Palm Co, perusahaan telah membuat klaster yang lebih jelas dan kompetitif," jelas Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Jumat (6/1).   

Dari sisi fundamental perusahaan, menurutnya, Palm Co akan diminat investor karena memiliki aset besar dan akan signifikan menambah kapitalisasi pasar saham domestik. Luas lahan Palm Co diketahui di atas 500 ribu hektare dan ada land bank yang bisa dikembangan.   

"Kalau kondisi fundamental perusahaan saya kira bagus karena bisa dilihat dari total aset. memiliki kapitalisasi pasar besar, sehingga menggerakkan aktivitas saham. Apalagi nilai asetnya bisa di atas Rp100 triliun," ujar Lukcy.   

Nilai aset Holding PTPN Group hingga Semester II/2022 mencapai Rp 149 triliun meningkat sebesar 10,32 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sejak melakukan reorganisasi, nilai aset PTPN Group menunjukkan tren naik. 

Sementara itu, Palm Co akan mengelola bisnis kelapa sawit  dari PTPN I hingga PTPN IV. Porsi Porsi bisnis sawit di Holdin PTPN Group yang akan dikelola oleh Palm Co sekitar 73 persen dalam laporan keuangan perusahaan per Juni 2022. 

"Aset ini jagoan ini karena penguasaan lahan. Penguasaan lahan sekian banyak itu bukan menjadi pembeda, justeru menjadi satu keunggulan yang belum dapat dicapai oleh entitas lain karena memang latar belakang penggabungan lahan usaha PTPN," ucap dia.

Setelah unggul dari sisi aset, katanya, Palm Co harus bisa menjawab apakah lahan yang luas itu menjadikan perusahaan agresif mencapai target kinerja, pertumbuhan nilai buku, laba per saham, kebijakan menerbitkan dividen, serta alat ukur keberhasilan kinerja emiten lain.

Selain aset, ujarnya, satu lagi yang menjadi keungulan Palm Co adalah rencana pengembangan bisnis energi terbarukan (ET) dengan memproduksi biodiesel. Energi Terbarukan, menurutnya, sangat relevan dengan arah kebijakan Pemerintah dan korporasi, sehingga menjadi momentum juga bagi Palm Co melakukan percepatan pengembangan bisnis. 

Bisnis Energi Terbarukan Palm Co, tambahnya, akan menjadi daya tarik khusus bagi investor serta publik karena bisnis bahan bakar ramah lingkungan adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang menjadi visi jangka panjang semua negara di dunia.  

"Energi terbarukan sangat relevan dengan pipe line antara Pemerintah dan korporasi karena peran dari CPO untuk substitusi energi dan sumbernya dari alam. Ini momentum bagi Palm Co untuk melakukan akselerasi karena ada kebijakan Pemerintah yang menyertai," terangnya. 

Lucky mengatakan, jika ingin melakukan IPO, waktu yang tepat adalah sekitar Maret atau April 2023, jangan dilakukan di awal tahun karena saat ini pelaku pasar masih melakukan konsolidasi terhadap prediksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi. 

Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih rawan koreksi. Dari sisi teknikal, dia mengatakan setelah IHSG mencapai titip stabilnya di batas bawah, maka saat itulah waktu yang tepat untuk menawarkan saham perdana kepada investor karena harga akan naik. 

Pergerakan IHSG, jelasnya, juga akan sejalan dengan pergerakan harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) masih dalam tren turun ke posisi USD 948,39/ton di Bursa Berjangka Chicago, Rabu (4/1/2023). Sebelum IPO, harga CPO diestimasi harus sudah di batas bawah, sehingga setelah IPO harga CPO sudah bergerak menguat.  

"Palm Co harus merancang market timing atau waktu pasar yang tepat. Menurut saya adalah tiga atau empat bulan ke depan, seperti Maret atau April. Karena nantinya sentimen harga komoditas yang akan mendorong menguatnya harga CPO," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler