Inflasi AS Melambat, Saham Global Menguat dan Dolar AS Melemah

Harga minyak mentah dan emas naik setelah data inflasi AS.

Istimewa
Pencatatan Perdana Saham PT Global Digital Tbk (BELI) di Bursa Efek Indonesia.
Rep: Rahayu Subekti Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham global terpantau menguat namun dolar justru melemah setelah data perlambatan inflasi Amerika Serikat (AS). Dikutip dari //Reuters//, Jumat (13/1/2022), dolar AS turun setelah pembacaan harga konsumen yang memberi harapan bahwa Federal Reserve memiliki kelonggaran untuk mengurangi suku bunga.

Harga konsumen AS turun pada bulan Desember 2022 untuk pertama kalinya dalam lebih dari 2,5 tahun karena harga bensin dan barang lainnya turun. Data tersebut menunjukkan bahwa inflasi sedang dalam tren penurunan yang berkelanjutan.

Di Wall Street, ekuitas berombak setelah data tersebut, dengan S&P 500 jatuh sebanyak 0,8 persen dan kemudian rebound.

Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 216,96 poin atau 0,64 persen menjadi 34.189,97, S&P 500 (SPX) naik 13,56 poin atau 0,34 persen menjadi 3.983,17, dan Nasdaq Composite (IXIC) bertambah 69,43 poin atau 0,64 persen menjadi 11.001,11.

Indeks STOXX 600 pan-Eropa naik 0,63 persen dan ditutup pada level tertinggi sejak 29 April. Lalu indeks saham MSCI di seluruh dunia naik 0,80 persen untuk membukukan kenaikan sesi kelima berturut-turut terpanjang beruntun sejak Agustus 2022.

Ekspektasi untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Federal Reserve berikutnya juga menjadi 3,8 persen. Pasar memperkirakan peluang 96,2 persen untuk kenaikan 25 basis poin atau naik dari 76,7 persen pada hari Rabu  mendatang.

Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan data inflasi merupakan langkah ke arah yang benar. Louis juga menilai ekonomi AS siap untuk disinflasi tahun ini dan kembali ke target dua persen.

Sementara itu, indeks dolar mencapai level terendah sejak awal Juni di 102,07 dan terakhir turun 0,873 persen. Lalu dengan euro naik 0,89 persen menjadi 1,0851 dolar AS.

Yen Jepang menguat 2,56 persen versus greenback di 129,18 per dolar. Sementara Sterling terakhir diperdagangkan di 1,2215 dolar AS naik 0,60 persen.

Sementara itu, harga minyak mentah naik setelah data inflasi AS. Hal itu dikarenakan adanya mendapat dorongan tambahan dari optimisme atas kemunculan China dari pembatasan Covid-19 yang menciptakan permintaan tambahan.

Minyak mentah AS ditutup naik 1,27 persen pada 78,39 dolar AS per barel. Sementara Brent ditutup pada 84,03 dolar AS atau naik 1,65 persen.


Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler