Inflasi AS Diperkirakan Masih Bisa di Bawah 5 Persen

The Fed masih melanjutkan kebijakan uang ketatnya.

EPA-EFE/ADI WEDA
Orang Indonesia berjalan melintasi jalan utama di Jakarta, Indonesia, 28 November 2022. Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip memperkirakan Amerika Serikat (AS) masih bisa berpotensi melanjutkan penurunan inflasinya.
Rep: Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip memperkirakan Amerika Serikat (AS) masih bisa berpotensi melanjutkan penurunan inflasinya. Tercatat, inflasi AS pada Desember 2022 turun menjadi 6,5 persen.

Baca Juga


"Seiring dengan sejumlah keberhasilan dan ditambah Bank Sentral AS, The Fed masih melanjutkan kebijakan uang ketatnya maka inflasi AS diperkirakan bisa mengarah di bawah lima persen," kata Sunarsip kepada Republika, Sabtu (14/1/2023).

Bahkan, lanjut dia, beberapa analis memprediksikan inflasi AS dapat mengarah lebih rendah lagi. Sejumlah analis memperkirakan inflasi AS bisa mencapai level 2,5 hingga tiga persen sampai akhir 2023.

Sunarsip menilai, penurunan inflasi di AS memang sudah banyak diprediksikan oleh banyak ekonom dan analis. Hal tersebut mengingat AS dinilai sudah berhasil keluar dari tekanan harga energi dan gangguan rantai pasok.

Sunarsip menyebut, harga minyak di Amerika Utara sudah turun ke level di bawah 80 dolar AS per barel. Sementara itu, harga gas juga turun ke level di bawah 5 dolar AS per mmbtu.

Tidak hanya itu, Sunarsip mengatakan AS juga dinilai berhasil menurunkan biaya logistik ekspor impor. Hal itu menurutnya mampu menekan biaya produksi manufaktur secara signifikan.

"Keberhasilan AS dalam menekan biaya logistik ini memperlihatkan bahwa AS sudah mampu menyelesaikan masalah gangguan mata rantai pasok," tutur Sunarsip.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler