Kiat Pasangan Muslim Membangun Pernikahan yang Kuat

Pernikahan menjadi bentuk penegasan keyakinan kita pada Keesaan Allah.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Kiat Pasangan Muslim Membangun Pernikahan yang Kuat
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertama-tama, kita perlu memahami beberapa hal tentang perkawinan dan filosofinya agar dapat melalui langkah-langkahnya sebagaimana yang dianjurkan Islam dan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Pernikahan sendiri merupakan persatuan antara dua keluarga, bukan hanya dua individu. Ketika kita memikirkan pernikahan seperti ini, kita akan menyadari bahwa tujuan utamanya adalah untuk menghubungkan orang-orang yang berbeda, terlepas dari warna kulit atau etnis mereka, dengan mengandalkan hubungan pernikahan.

Salah satu hikmah penting yang tersembunyi dari pernikahan adalah menjadi bentuk penegasan keyakinan kita pada Keesaan Allah. Karena ketika kita menikah, kita secara tidak langsung dan praktis mengatakan kita membutuhkan pasangan, bahwa ini adalah bagian dari kodrat kita sebagai manusia dan hanya Allah yang tidak membutuhkan sekutu.

“Melalui pernikahanlah orang menyegarkan dua jenis hubungan: hubungan mereka dengan Allah dan hubungan mereka dengan masyarakat,” kata Direktur pendiri Ihsan Institute of Arabic & Islamic Studies-UK Syekh Ahmad Saad, dilansir dari About Islam, Senin (16/1/2023).

Demikian pula, ketika orang menikah, mereka menyegarkan hubungannya dengan masyarakat dengan secara praktis mengatakan mereka berpartisipasi aktif dengan membangun keluarga yang baik dan memikul tanggung jawabnya. Kebersamaan keluarga mempelai wanita dan keluarga mempelai pria sungguh menjadi acara yang membahagiakan.

Oleh karena itu, kedua keluarga diharuskan untuk berbagi kebahagiaan, dan itulah sebabnya Islam umumnya membutuhkan wali untuk mempelai wanita di sebagian besar sekolah hukum Islam.

“Ini memberi pesan pernikahan ini adalah penyatuan dua keluarga bersama. Tentu saja di Barat, atau dalam kasus di mana mempelai wanita tidak memiliki keluarga yang terlibat karena alasan apa pun, terutama jika dia seorang mualaf, persyaratan ini bisa fleksibel,” ujar Saad.

Untuk mempersiapkan pernikahan yang baik dan penuh dengan berkah Allah SWT, langkah pertama yang harus ditegakkan adalah memantapkan niat yang baik. “Mendekati tangga pernikahan, kita perlu menyadari semua itu berawal dari niat,” ujar Saad.

Seseorang yang hendak menikah atau yang akan dipinang, hendaknya meninjau kembali maksud dan tujuannya di balik perkawinan itu. Karena menentukan tujuan sangat penting dan mempengaruhi semua keputusan yang akan mengikuti.

Baca Juga


Langkah kedua adalah menemukan pasangan yang cocok dan dengan cara yang baik. Ketika hendak mengajak ke jenjang pernikahan, maka cara yang baik bukan mendekati keluarganya melainkan laki-laki atau wanitanya, karena dia yang akan menjadi pasangan hidup kelak. Namun, ini harus dilakukan dengan cara yang tepat.

“Menggunakan pihak ketiga adalah ide cemerlang di sini. Pihak ketiga ini haruslah seseorang yang adil, dapat dipercaya, dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Itu bisa menjadi teman wanita jika pria melamar, atau teman pria jika wanita melamar,” ujar Saad.

Menilik kembali kisah Ummul Mukminin Siti Khadijah yang ingin melamar Nabi Muhammad SAW dengan mengirim salah satu temannya, Nafisah bint Munabbih. Ia bertanggung jawab mencari tahu apakah Nabi Muhammad akan tertarik dengan hal seperti itu.

Mengikuti langkah ini (yaitu setelah dipastikan pihak lain tertarik untuk menikah), maka keluarga harus dilibatkan. Orang tersebut harus berbicara dengan keluarganya dan membawa mereka ke keluarga lain dan memulai proses pernikahan.

Langkah berikutnya adalah bersama-sama menjaga hal-hal halal dan hanya dibolehkan memanfaatkan masa pertunangan ini untuk menggali karakter dan kepribadian masing-masing tanpa melupakan mereka masih belum menikah. “Mereka tidak diperbolehkan melakukan kontak fisik apa pun atau terlibat dalam pembicaraan yang tidak pantas,” kata Saad.

Mereka hanya dapat berbagi pandangan bersama tentang masa depan mereka bersama. Dan mereka dapat merencanakan pengasuhan anak-anak mereka dan menjalani kehidupan yang akan mengakhiri mereka di surga. “Begitu mereka mendapatkan eksplorasi penuh, atau setidaknya cukup, tentang kehidupan mereka, mereka akan mulai berpikir dengan mentalitas yang berorientasi pada keluarga, bukan dengan mentalitas individualistis,” jelasnya.

Langkah selanjutnya adalah akad nikah dan mengetahui hak dan kewajiban suami dan istri, agar saling membersamai dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Langkah terakhir adalah hari pernikahan sebagai puncak dari semua proses ini.

Mereka harus mengingatkan diri sendiri tentang tujuan hidup ini dan hidup untuk tujuan itu. Dengan cara ini, mereka dapat menemukan makna dalam setiap hari mereka hidup bersama dan keluarga akan sangat menikmati persatuan seperti itu.

Infografis Adab Pernikahan dalam Islam - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler