Ekonomi, Perang, dan Perubahan Iklim Diprediksi Warnai Pertemuan Davos

Perlambatan ekonomi global akan menjadi tema utama di Davos.

EPA
Forum ekonomi dunia, World Economic Forum (WEF) kembali digelar di Davos, Swiss.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) kembali digelar di Davos, Swiss setelah absen dua tahun. Dalam pertemuan ini pemimpin-pemimpin dunia bertemu untuk menjembatani perbedaan di dunia yang terpolarisasi, di jurang resesi dan semakin panas oleh perubahan iklim.

Baca Juga


Pertemuan Selasa (17/1/2023) akan membahas berbagi isu mulai dari masa depan pupuk, peran olahraga di masyarakat, situasi pandemi Covid-19 dan lain-lain. Hampir 600 CEO dan lebih dari 50 kepala negara atau pemerintah diperkirakan hadir. Tapi tidak pernah jelas berapa banyak tindakan nyata yang lahir dari forum ini.  

Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen, Utusan Iklim Amerika John Kerry, dan presiden baru Korea Selatan, Kolombia dan Filipina diperkirakan hadir. Wakil Perdana Menteri China Liu He akan menyampaikan pidato sebelum bertemu Menteri Keuangan Janet Yellen di Zurich yang tidak datang ke Davos.

Presiden AS Joe Biden, Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga tidak hadir dalam forum ini. Begitu juga dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sementara Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska akan datang suaminya, Presiden Volodymyr Zelenskyy akan menyampaikan pidato jarak jauh. Beberapa pejabat Ukraina juga akan menghadiri beberapa panel pertemuan.

Di luar panggung utama digelar acara yang dinamakan Ukraine House. Menampilkan konser, pameran foto, seminar dan acara koktail dan pertemuan lain sebagai bentuk dukungan pada Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.

Perlambatan ekonomi global akan menjadi tema utama di Davos. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva (IMF) dan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde akan menjadi pembicara utama di beberapa sesi.

Inflasi melonjak saat dunia mulai dibuka kembali usai pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina memicu kenaikan harga pangan dan energi meski mulai melambat di perekonomian besar seperti AS dan Eropa. Tapi inflasi masih cukup tinggi.

Dalam tulisannya di blog IMF, Georgieva perpecahan antara bangsa menimbulkan resiko pada perekonomian dunia dengan membuat "semua orang semakin miskin dan tidak aman." Tema utama pertemuan Davos tahun ini adalah "Kerja Sama di Dunia yang Terfragmentasi."

Georgieva menekankan perlunya negara-negara memperkuat perdagangan, membantu negara yang lebih rentan dalam menghadapi utang dan meningkatkan upaya penanggulangan perubahan iklim.

Sejumlah panel dalam pertemuan ini juga akan membahas pemanasan global. Mantan Wakil Presiden AS Al Gore akan berbicara tentang dekarbonisasi, upaya membangun infrastruktur energi bersih dan memastikan transisi yang adil.

Pada tahun 2022 banyak negara yang meloloskan insentif untuk energi terbarukan. Salah satu topik hangat dalam pertemuan ini adalah manfaat fusi nuklir. Isu ini fokus pada sains yang menawarkan potensi sangat besar tapi masih butuh beberapa dekade untuk dapat digunakan secara komersial untuk memenuhi kebutuhan energi yang harganya terus naik.

Pertemuan di Davos juga akan menggelar panel-panel seperti adaptasi dengan perubahan iklim, deforestasi, keanekaragaman hayati dan masa depan perlindungan lingkungan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler