Rupiah Melemah Seiring Penantian Investor atas Kebijakan Suku Bunga Acuan BI

BI diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps).

Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022) lalu. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (17/1/2023) pagi melemah seiring investor menunggu kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (17/1/2023) pagi melemah seiring investor menunggu kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Baca Juga


Rupiah pagi ini turun 90 poin atau 0,60 persen ke posisi Rp 15.135 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.045 per dolar AS. "Rupiah diperkirakan akan range-bound dengan kecenderungan terkoreksi terbatas. Dolar AS rebound dari penurunan tajam dalam beberapa sesi terakhir," kata Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa (17/1/2023). 

Lukman mengatakan, rupiah menguat tajam akhir-akhir ini mendekati level psikologis Rp 15.000. Sementara itu investor cenderung menunggu dan menantikan hasil pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk kebijakan BI mendatang, terutama terkait suku bunga.

Pada Kamis (19/1/2023) BI diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Investor juga berharap BI akan mengomentari cadangan devisa, surplus dan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor. Ia memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah hari ini berada di kisaran Rp 15.000 per dolar AS hingga Rp 15.200 per dolar AS.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 21-22 Desember 2022 lalu memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Suku bunga deposit facility juga dinaikkan sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu mengatakan selain mengendalikan inflasi, pada 2023 bank sentral akan terus mengendalikan nilai tukar rupiah agar lebih stabil, bahkan lebih menguat ke level Rp 15.070 per dolar AS.

Sementara menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, BI berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. David memperkirakan, BI masih akan meneruskan pengetatan kebijakan moneter pada kuartal I sampai kuartal II 2022 karena bank sentral negara-negara lain di dunia, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (Fed) masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan.

"Kami perkirakan BI masih akan menaikkan suku bunga acuan karena inflasi masih akan tinggi di kuartal I 2023 ditopang oleh kenaikan harga produk di sektor jasa dan kenaikan upah riil masyarakat, " kata David. 

Pada Senin (16/1/2023) rupiah ditutup menguat 104 poin atau 0,68 persen ke posisi Rp 15.045 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.149 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler