Cerita Rarendra-Rajendra, Belajar di Tengah Ancaman Ambruknya Sekolah

Kalau hujannya deras, siswa terpaksa dipulangkan.

Lilis Sri Handayani/Republika
Puluhan siswa kelas lima SDN Dukuh, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu sedang belajar di ruang kelas yang hampir ambruk, Kamis (26/1/2023).
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Puluhan siswa kelas lima SDN Dukuh, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu terlihat serius mendengarkan guru yang sedang menerangkan pelajaran di depan kelas, pada Kamis (26/1/2023) sekitar pukul 10.45 WIB. Sesekali terdengar celotehan khas anak-anak menanggapi penjelasan guru mereka.

Di tengah keseriusan belajar, pandangan Rarendra (11 tahun), salah seorang siswa di kelas tersebut, sesekali menatap ke plafon ruang kelasnya. Hal itu juga dilakukan Rajendra (11), yang duduk di sebelahnya.

Kedua anak kembar itu mengaku khawatir dengan kondisi plafon ruang kelasnya yang terlihat berlubang-lubang. "Takut ambruk," kata Rarendra, Kamis (26/1/2023).

Hal senada diungkapkan Rajendra. Dia pun mengaku tidak bisa tenang saat belajar karena takut plafon ruang kelasnya tiba-tiba ambruk. "Belajar jadi gak nyaman, takut," tutur Rajendra.

Ketakutan yang dialami Rarendra dan Rajendra juga dirasakan teman-teman mereka yang lain. Mereka berharap agar tempat mereka menimba ilmu bisa segera diperbaiki.

"Kami siswa-siswi SDN Dukuh berharap agar sekolah kami bisa segera diperbaiki," tukas Rarendra, Rajendra dan teman-teman mereka secara bersamaan.

Tak hanya di ruang kelas lima, kondisi plafon yang berlubang-lubang dan kayu-kayu penyangganya yang rapuh dipenuhi rayap, juga terlihat di sejumlah ruang kelas lainnya. Kondisi itu menjadi ancaman bagi 170 siswa di sekolah tersebut.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, kondisi seperti itu tersebar di ruang kelas empat, kelas lima, kelas enam, ruang perpustakaan dan toilet. Kondisi terparah terjadi di ruang perpustakaan, hingga kini terpaksa tidak lagi digunakan.

Tak hanya plafonnya yang sudah berlubang-lubang parah, atap genting ruang perpustakaan juga sudah mulai membentuk huruf U. Hanya tinggal menunggu waktu untuk ambruk secara keseluruhan.

Jika ruang perpustakaan itu sampai ambruk, maka kelas-kelas lain yang berderet di sampingnya juga hampir dipastikan akan ikut tertarik dan ambruk bersama. Pasalnya, kayu penyangga pada atap ruang perpustakaan itu menyatu dengan ruang-ruang kelas lainnya.

Salah seorang guru di SDN Dukuh, Mustofa Lutfhi, mengatakan, sekolah tempatnya mengajar terakhir kali mengalami rehab pada 2006. Sejak saat itu sampai sekarang, rehab belum dilakukan lagi.

Menurut Mustofa, kerusakan parah mulai terjadi sejak sekitar 2018. Kondisi tersebut membuat aktivitas belajar mengajar jadi terganggu. "Kegiatan belajar mengajar jadi tidak nyaman, khawatir membahayakan para siswa," tutur guru yang mengajar mata pelajaran Agama Islam tersebut.

Meski demikian, Mustofa tetap bersyukur karena ambruknya plafon-plafon di sejumlah ruang kelas selama ini biasanya terjadi pada malam hari. Dengan demikian, anak-anak didiknya bisa selamat dari celaka.

"Tapi pernah juga tahun 2020, plafon di ruang kelas empat ambruk saat siswa sedang belajar. Untungnya di bagian pinggir, jadi tidak mengenai siswa. Mereka hanya kaget dan menjadi panik, ketakutan," terang Mustofa.

Mustofa menambahkan, plafon yang berlubang-lubang juga membuat ruang kelas menjadi bocor saat hujan. Karena itu, para siswa terpaksa belajar dengan berdesak-desakkan di sisi kelas yang tidak terkena bocor.

"Kalau hujannya deras, siswa terpaksa dipulangkan," kata Mustofa.

Selain banyaknya air yang masuk ke dalam kelas melalui atap yang bocor, hujan deras juga dikhawatirkan membuat atap sekolah yang sudah rapuh menjadi ambruk dan membahayakan para siswa.

Mustofa mengungkapkan, di tengah kondisi seperti itu, para anak didiknya tetap menorehkan prestasi yang membanggakan di sejumlah bidang. Tak hanya di tingkat kabupaten dan provinsi, bahkan juga tingkat nasional.

Menurut Mustofa, pihaknya sudah berulang kali melaporkan kondisi kerusakan sekolah ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat. Namun hingga kini, upaya perbaikan tak kunjung dilakukan.

Mustofa berharap, langkah perbaikan bisa segera dilakukan. Apalagi, SDN Dukuh merupakan satu-satunya sekolah dasar negeri di Desa Dukuh. Sekolah itu menjadi tumpuan bagi banyak anak di desa setempat untuk menjemput masa depan.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler