Ambyarnya Liverpool-Chelsea Musim Ini

Investasi pemain menjadi salah satu alasan turunnya performa Liverpool.

EPA-EFE/Peter Powell
Trent Alexander-Arnold (kiri) berebut bola dengan Mykhailo Mudryk (kanan) pada pertandingan sepak bola Liga Utama Inggris antara Liverpool FC dan Chelsea FC di Liverpool, Inggris,Sabtu (21/1/2023).
Red: Joko Sadewo

Oleh : Eko Supriyadi, Redaktur Republika.

REPUBLIKA.CO.ID,  Ambyar. Mungkin menjadi kata yang cocok bagi dua klub top Inggris, Liverpool dan Chelsea. Tidak ada yang menyangka kalau Liverpool dan Chelsea saat ini sibuk bersaing di papan tengah. Kedua tim bermain imbang tanpa gol di Anfield Sabtu (21/1). Hasil tersebut membuat Liverpool  dan Chelsea sama-sama gagal membuka peluang untuk mendekati posisi empat besar.


The Reds berada di peringkat delapan dengan 29 poin, sama dengan torehan Brentford.  Liverpool memang diragukan bisa berbuat banyak musim ini, usai start yang lambat. Padahal, hampir lima musim terakhir the Reds terus bersaing dalam perebutan gelar. Kini skuad asuhan Juergen Klopp tersebut terpaut sembilan poin dari empat besar, setelah tanpa kemenangan dalam tiga pertandingan liga terakhir mereka.

Semenjak ditinggal Sadio Mane yang pindah ke Bayern Muenchen, Liverpool memang kehilangan daya gedornya. Mohamed Salah cs tidak menunjukan determinasi seperti yang disebut Klopp sebagai 'mentality monster' atau mental baja. The Reds menampilkan performa jauh di bawah standar mereka saat dikalahkankan oleh Brentford dan Brighton di liga sebelum bertemu Chelsea.

Dalam pertandingan ke-1000 Klopp sebagai manajer Liverpool, skuadnya menampilan permainan datar di hadapan pendukung sendiri. Tak seperti biasanya, Chelsea lebih mendominasi permainan. Meski salah satu sisi positifnya adalah timnya mampu bertahan dengan baik.

Klopp mengakui kalau investasi pemain menjadi salah satu alasan mengapa timnya mengalami penurunan performa musim ini. Liverpool tidak menghabiskan uang sebanyak Chelsea di bursa transfer musim dingin. Mereka hanya membeli Cody Gakpo seharga 37 juta poundsterling atau Rp 690 miliar. Sementara Chelsea merekut Mykhaylo Mudryk seharga 87 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,6 triliun.

Tapi uang memang tidak melulu berjalan seiring dengan performa. Chelsea merupakan klub yang menghabiskan uang paling banyak dari klub manapun di Inggris untuk belanja, sejak pengambilalihan oleh Todd Boehly musim panas tahun lalu. Namun tidak semua pemain yang didatangkan mampu membawa skuad asuhan Graham Potter itu bersaing di posisi empat besar.

Pierre-Emerick Aubameyang salah satu pemain yang dianggap gagal bersinar di Stamford Bridge. Pembelian yang dinilai sukses hanya Badiashie saat didatangkan dari Monaco. Ia telah mencatatkan clean sheet berturut-turut setelah pertandingan Liverpool. Pemain berusia 21 tahun itu terlihat solid di lini belakang dan mampu menangani ancaman dari bola mati.

Meski pengeluaran mereka paling besar di antara klub Liga Primer Inggris, nasib the Blues lebih tragis dibandingkan Liverpool. Kai Haverzt cs hanya sekali menang dalam delapan pertandingan terakhir. Chelsea pun terjun ke posisi 10. Alih-alih bersaing untuk gelar juara, mendapatkan tiket Liga Champions musim pun sulit. Situasi ini membuat posisi Graham Potter diragukan bisa bertahan lama.

Ia gagal membuat Chelsea bangkit usai menggantikan Thomas Tuchel. Brighton, klub yang ditinggalkannya, justru konsisten berada di jalur persaingan mendapatkan tiket ke Eropa. The Seagulls berada di peringkat enam, hanya terpaut dua poin dari Tottenham di peringkat lima, dan masih punya satu pertandingan di tangan. Newcastle, yang tidak diprediksi akan berada di papan atas, justru sukses tampil konsisten sampai pekan ke-20.

Mereka menjadi satu dari dua tim yang baru sekali kalah musim ini selain Arsenal. Oleh karena itu, dengan tidak adanya perubahan signifikan dari Liverpool maupun Chelsea usai jeda Piala Dunia, kedua tim itu kemungkinan besar bakal ambyar musim ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler