Dokter Paparkan Beda Gejala Covid dengan Demam Dengue

Gejala infeksi dengue tidak disertai pilek seperti Covid-19.

Republika
Pasien demam berdarah dengue (DBD). (Ilustrasi)
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Infeksi Tropik IDAI dr Mulya Rahma Karyanti, SpA (K), IBCLC menjelaskan perbedaan gejala infeksi Covid-19 dengan gejala infeksi dengue pada anak. Dia mengatakan kalau melihat suatu infeksi virus dari demam mendadak tinggi itu sulit.

“Jadi yang untuk demam sendiri yang demam mendadak tinggi itu sulit kalau kita tiga hari pertama ini suatu infeksi virus yang mana ya. Makanya kalau dua tiga hari tidak membaik sebaiknya segera ke faskes terdekat untuk dicari penyebabnya ya karena kalau awal demam memang sulit membedakan,” ujar dr Karyanti dalam acara webinar media briefing ‘Demam Berdarah Dengue pada Anak’, Kamis (26/1/2023).

Dokter Karyanti juga menyebutkan misalnya pada Covid-19 varian Delta, selain demam, ada gangguan rasa, gangguan penciuman, dan mulai batuk serta pileknya yang lebih dominan. “Terutama kasus-kasus infeksi yang pernafasan atas itu lebih banyak batuk pileknya yang meler bening,” katanya.

Sedangkan, gejala infeksi dengue tidak mengalami pilek seperti itu. Tetapi, demam tinggi yang bisa disertai dengan mual.

“Tapi kalau dengue tidak pilek seperti itu, tapi demam tinggi tapi bisa dengan mual. Lebih dominan ke gejala saluran cerna, mual, muntah atau misalnya bisa dengan diare ya. Sebanyak 23-30 persen kasus anak bisa dengan diare juga. Tapi yang membedakan itu ya batuk pileknya lebih dominan di Covid-19, tapi kalau dengue lebih dominan di saluran cerna,” jelas dr Karyanti.

Orang tua juga bisa mengonfirmasi infeksi Covid-19 dengan pemeriksaan swab, contohnya melalui PCR atau antigen. Untuk infeksi dengue, bisa melakukan pemeriksaan laboratorium dan melihat hematologi dari pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan trombositnya. Kemudian pemeriksaan antigen NS1 dengue untuk mengonfirmasi ada atau tidak virus denguenya di dalam darah. Itu, dr Karyanti menuturkan, bisa diperiksa di tiga hari pertama.

“Namun kalau memang ketemu dua-duanya artinya bisa terjadi koinfeksi, bersamaan. Beberapa kasus kita sering dapatkan juga bersamaan. Dengue dengan covid ya bersamaan karena kedua-duanya PCR dan antigen dengue-nya positif,” kata dr Karyanti.

Baca Juga


 

Pertolongan pertama
Dokter Karyanti memaparkan apa saja pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk mengatasi demam. Tentunya, berikan anak obat penurun panas, seperti parasetamol.

Dia mengatakan pemberian obat boleh diulang setiap empat jam. Namun, jika ada riwayat kejang berikan obat penurun panas segera dengan sendok takar obat lima mililiter (ml).

“Saat ini juga bisa dengan puyer, racikannya yang digerus,” ujarnya.

Kedua, kompres dengan air hangat, bukan dengan air es atau alkohol. Orang tua bisa mengompres dengan menggunakan handuk kecil.

Daerah yang dikompres adalah daerah lipat ketiak dan lipat pangkal paha. Di situlah tempat lewatnya pembuluh darah besar supaya terjadi pengeluaran panas melalui evaporasi.

Kemudian jangan membungkus anak dengan baju dan selimut berlapis-lapis. Gunakan pakaian yang tipis dan ringan.

“Kadang-kadang kalau misalnya habis minum obat panas itu berkeringat itu tujuannya panasnya itu lewat pori-pori kulit, jadi lewat evaporasi. Nah ini sama prinsip kompres itu mengeluarkan panas lewat penguapan, lewat pori-pori kulit makanya anak jangan dibungkus baju berlapis-lapis, malah justru nahan panasnya,” kata dr Karyanti.

“Kadang-kadang memang pada saat suhu mau naik itu anak-anak sering menggigil atau misalnya  siapa pun dewasa juga bisa menggigil. Itu artinya demamnya lagi mau naik, lagi mau naik suhunya jadi pada saat menggigil justru jangan dipakai baju berlapis-lapis atau selimut, dibuka ya. Pakai pakaian yang tipis saja atau yang tanpa lengan supaya bisa panasnya keluar lewat pori-pori kulit ya. Ini jangan kompres dengan air dingin atau alkohol.”

Ketiga, beri minum sesering mungkin. Dokter Karyanti menuturkan bujuk anak untuk minum cairan yang ada nutrisinya supaya jangan sampai dehidrasi atau kekurangan cairan. Kalau memang masih bayi, kata dr Karyanti, susui sesering mungkin atau berikan susu yang nutrisinya lengkap. Cairan lain yang bisa diberikan adalah jus buah atau minuman elektrolit.

“Kemudian istirahat harus cukup. Jangan sampai dia aktif lari ke sana ke mari. Justru dia harus istirahat cukup supaya metabolisme tubuhnya berkurang. Suhunya bisa turun. Kemudian tadi aktivitasnya tentu dikurangi. Berikan mainan yang stasis, misalnya main ular tangga, lego, boneka, supaya anak diam bukan lari yang main ke sana ke mari, main bola ya. Itu jangan bermain yang aktivitas yang terlalu tinggi dulu,” jelas dr Karyanti.

Mengompres anak demam. - (Republika)

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler