Atlet Berisiko Gegar Otak Berulang, Risiko Apa yang Menghantui?
Cedera kepala adalah faktor risiko utama untuk masalah otak di kemudian hari.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Belum lama ini, quarterback tim American football Miami Dolphins Tua Tagovailo mengalami dua cedera kepala dalam empat hari. Insiden tersebut mendorong perubahan pada protokol keamanan National Football League (NFL).
Orang dalam sebelumnya mengungkapkan, Tagovailo telah melaporkan masalah berkelanjutan dengan kesehatan otak yang berpotensi terkait dengan ensefalopati traumatis kronis (CTE). CTE merupakan penurunan kognitif yang semakin memburuk setelah cedera kepala berulang.
Dilansir Insider, Rabu (1/2/2023), cedera kepala adalah faktor risiko utama untuk masalah otak di kemudian hari. Penelitian baru menunjukkan bahkan kerusakan kecil dapat menumpuk seiring waktu.
Menurut peneliti Inggris Raya (UK), satu kali gegar otak derajat sedang hingga berat atau beberapa kali gegar otak ringan dapat menyebabkan masalah ingatan dan perhatian yang bertahan lama di kemudian hari. Setiap cedera berikutnya dapat memperburuk gejala.
Tim peneliti dari University of Oxford, University of Exeter, dan Kings College London melihat data dari lebih dari 15 ribu penduduk Inggris Raya antara usia 50 hingga 90 tahun. Tim peneliti membandingkan riwayat cedera kepala seumur hidup penduduk tersebut dengan perubahan fungsi kognitif mereka dari waktu ke waktu.
Temuan mereka, yang diterbitkan 27 Januari di Journal of Neurotrauma, menunjukkan bahwa tiga gegar otak ringan terkait dengan rentang perhatian yang lebih buruk dan kemampuan memecahkan masalah. Orang yang mengalami empat atau lebih gegar otak dikaitkan dengan masalah memori dan kecepatan pemrosesan yang lebih lambat.
Bagaimana kalau gegar otak sedang atau berat berulang? Orang yang mengalaminya juga memiliki masalah dengan rentang perhatian, pemecahan masalah, dan pemrosesan informasi.
Penulis senior studi dan peneliti klinis senior di departemen psikiatri di University of Oxford, Dr Vanessa Raymont, berpendapat studi yang terbesar dari jenisnya tersebut juga menunjukkan bahwa efek abadi cedera otak dapat memburuk dari waktu ke waktu ketika terjadi cedera kepala berulang. Ia menjelaskan bahwa cedera kepala adalah faktor risiko utama untuk demensia.
"Studi skala besar ini memberikan detail terbesar hingga saat ini pada temuan nyata bahwa semakin sering Anda melukai otak semasa hidup, semakin buruk fungsi otak Anda seiring bertambahnya usia," kata Raymont dalam siaran pers.
Raymont menyebut bahwa temuan tersebut menunjukkan pentingnya langkah-langkah keselamatan proaktif untuk orang-orang yang berisiko tinggi mengalami cedera kepala melalui pekerjaan atau olahraga. Raymont mengatakan bahwa organisasi harus memprioritaskan melindungi atlet dan karyawan mereka dari cedera dampak berulang.
Selain itu, penelitian gegar otak terbaru menambah kesadaran yang berkembang seputar risiko olahraga kontak fisik , seperti American football, yang memiliki riwayat cedera serius dan cedera abadi yang terdokumentasi dengan baik pada atlet.
Organisasi olahraga kontak lainnya, seperti Ultimate Fighting Championship (UFC) , juga telah menguraikan langkah-langkah keamanan gegar otak dalam beberapa tahun terakhir. Langkah-langkah keamanan gegar otak itu mencerminkan kekhawatiran tentang kerusakan kumulatif pada otak atlet.