Siapa Lebih Dulu, Berbakti kepada Orang Tua atau Mertua?

Seorang suami atau istri harus sama-sama membangun hubungan baik kepada mertuanya.

Republika/Edi Yusuf
Menantu dan Mertua (ilustrasi). Siapa Lebih Dulu, Berbakti kepada Orang Tua atau Mertua?
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam berbakti mana yang lebih didahulukan antara orang tua atau mertua? Pengasuh Pondok Pesantren Daarul 'Ilmi Semarang Habib Muhammad bin Farid Al Muthohar, menukil keterangan Imam Ahmad bin Hambal, mengatakan orang tua ada tiga, yaitu yang melahirkan kamu (bapak dan ibu), yang mengajari ilmu (guru), dan yang menikahkan kamu dengan anaknya (mertua).

Baca Juga


Maka wajib bagi setiap orang untuk berbuat baik dan berbakti kepada mereka semua. Habib Muhammad dalam kitab Al Bir Washilah Imam Nawawi mengatakan yang lebih didahulukan untuk berbuat baik adalah kepada ibu kandung. Setelah itu kepada ayah kandung.

Ini berlandaskan sebuah hadits nabi Muhammad SAW: 

 

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

 

“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhar)

 

Rasulullah SAW menyebut kata ibu sebanyak tiga kali pengulangan. Menurut Habib Muhammad, hal tersebut menunjukkan begitu utamanya kedudukan ibu. Bagi setiap orang terlebih dulu harus mengutamakan berbuat baik kepada ibunya. Setelah itu, maka seorang anak juga harus berbuat baik kepada bapaknya. 

 

Maka setelah berbuat baik kepada kedua orang tua, baru selanjutnya kepada mertua. Sebab hubungan mertua bukan hubungan darah atau nasab sebagaimana hubungan dengan ibu dan bapak kandung. Hubungan dengan mertua adalah hubungan mushaharah atau hubungan yang terjadi karena adanya pernikahan yakni dengan anaknya. 

 

"Maka hubungan mushaharah masih kalah dengan hubungan nasab yang langsung kepada orang tua kita. Yang kita dilahirkan oleh ibu kita. Apalagi ada riwayat mengatakan surga di bawah telapak kaki ibu," kata Habib Muhammad Muthohar dalam kajian singkat yang ditayangkan kanal NU Online media resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Rabu (1/2/2023). 

 

Kendati demikian, Habib Muhammad mengatakan seseorang harus berbuat baik kepada mertuanya. Sebab mertuanya telah mendidik anaknya dari kecil, membesarkannya yang kemudian menikahkan dengan kita, menjadi pasangan kita (suami/istri). Karena itu, seorang suami maupun istri harus sama-sama berbuat baik dan berbakti kepada mertuanya. Bila mertuanya itu telah meninggal maka hendaknya mengirimkan Al Fatihah, pahala bacaan Alquran dan lainnya.  

 

"Jadi nomor satu tetap orang tua kandung kita. Akan tetapi kita juga tidak melupakan mertua kita. Bukan berarti fokus orang tua saja, mertua sama sekali tidak, ya nanti kita menyakiti hati istri kita. Bagaimana pintar-pintarnya suami untuk berbuat baik kepada orang tua dari istrinya," kata Habib Muhammad.

 

Seorang suami atau istri harus sama-sama dapat membangun hubungan baik kepada mertuanya. Dengan begitu hubungan suami istri pun akan menjadi harmonis. Terlebih bagi yang tinggal serumah dengan mertua, maka hendaknya untuk lebih bersabar dan menjaga perasaan suaminya.

 

"Kita kepada orang lain saja dianjurkan berbuat baik apalagi kepada mertua kita yang melahirkan dan membesarkan pasangan kita. Jadi kita berbuat baik sebagaimana pasangan kita berbakti kepada orang tuanya maka kita sebagai pasangannya juga berbakti kepada orang tua pasangan kita," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler