Suku Bunga The Fed Diprediksi Naik Tipis
Suku bunga the fed diperkirakan di kisaran 4,5 persen-4,75 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan suku bunga targetnya sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (1/2/2023) waktu setempat. The Fed mengurangi laju kenaikan seperti tahun lalu demi menahan inflasi.
Kenaikan tersebut akan membuat suku bunga acuan semalam bank sentral AS di kisaran 4,50 persen-4,75 persen. Ini akan menjadi yang tertinggi sejak November 2007, ketika ekonomi berada pada masa yang menjadi resesi panjang dan dalam.
Pembuat kebijakan berupaya tidak jatuh ke jurang yang sama. Data ekonomi sendiri menunjukkan pergerakan yang lebih baik, inflasi melambat di bawah pengaruh suku bunga yang lebih tinggi dan kondisi keuangan yang lebih ketat, sementara ekonomi terus tumbuh dan menciptakan lapangan kerja.
Komite Pasar Terbuka Federal yang menetapkan suku bunga dalam pernyataan kebijakannya pada pukul 14.00 waktu setempat. Gubernur The Fed Jerome Powell dijadwalkan mengadakan konferensi pers setengah jam kemudian untuk menguraikan keputusan tersebut.
"Peristiwa baru-baru ini menunjukkan bahwa tahun yang akan datang mungkin tidak sesulit yang diperkirakan sebelumnya," Nathan Sheets, kepala ekonom global di Citi.
Ia merujuk pada kembaki dibukanya perbatasan China serta optimisme dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyebutkan prospek ekonomi global dinilai lebih tangguh.
Setelah lama datar, The Fed menaikkan suku bunga untuk mencegah inflasi pada tahun lalu. Dimulai dengan peningkatan seperempat poin persentase pada bulan Maret, bank sentral pada musim panas menaikkan suku bunga dengan peningkatan tiga perempat poin persentase, dan semua mengatakan menaikkan tingkat kebijakan target sebesar 4,25 poin persentase hanya dalam 10 bulan. Ini menghasilkan kenaikan setengah poin persentase pada pertemuan kebijakan 13-14 Desember.
Dampak dari langkah kebijakan tersebut tampaknya mulai terlihat. Data baru minggu lalu menunjukkan ukuran inflasi utama melambat lebih cepat dari yang diharapkan pada bulan Desember, melanjutkan tren penurunan enam bulan. Pertumbuhan biaya tenaga kerja, yang diawasi dengan ketat sebagai kemungkinan indikator kenaikan harga di masa depan, juga melambat di kuartal IV 2022.