Khamenei Bergeming, Ajakan Negosiasi dari Trump Soal Nuklir Iran Ditolak Mentah-Mentah

Donald Trump mengeklaim telah mengirim surat kepada Ayatollah Ali Khamenei.

EPA-EFE/SUPREME LEADER OFFICE HA
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menolak upaya negosiasi Amerika Serikat (AS) terkait program nuklir Iran. Berbicara di hadapan sejumlah pejabat tinggi, Khamenei tidak spesifik menyebut AS, tapi mengatatakan, satu "pemerintahan perundung" ngotot untuk mendorong negosiasi.

Baca Juga


"Negosiasi mereka tidak bertujuan untuk menyelesaikan masalah, tapi untuk ... mari bicara untuk menerapkan sanksi yang kami mau terhadap pihak lawan di meja perundingan," kata Khamenei dilaporkan CBS, Sabtu (8/3/2025).

Pernyataan Khamenei dilontarkan sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengeklaim telah mengirim surat kepada Ayatollah dengan tujuan mencari kesepakatan baru dengan Teheran agar menghentikan program nuklir dan menggantikan kesepakatan yang pernah ditarik AS saat ia berkuasa pada periode pertama. Namun, seperti dilaporkan AFP, Iran mengatakan belum menerima surat Trump itu.

"Kami mendengar itu (surat Trump) tapi kami belum menerimanya," ujar Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi dikutip televisi nasional Iran.

Menurut Khamenei, tuntutan AS akan mencakup kepentingan militer dan pengaruh Iran di kawasan. "Negosiasi akan tentang kapabilitas pertahanan, tentang kapabilitas internasional Iran. (Mereka akan menekan Iran) untuk tidak melakukan hal-hal tertentu, tidak bertemu dengan orang-orang tertentu, tidak memproduksi barang-barang tertentu, jangkauan misil Anda tidak boleh mencapai jarak terentu. Apakah mungkin bagi kita untuk menerima ini semua?"

Khamenei mengatakan, pembicaraan semacam itu tidak akan menyelesaikan masalah antara Iran dan Barat. Namun, Khamenei tidak menyebut nama seseorang atau negara, dan menilai tekanan negosiasi bertujuan menekan Iran di ruan opini publik.

"Itu bukanlah negosiasi. Itu adalah tuntutan dan pemaksaan," ujarnya.

Pada Jumat lalu di Ruang Oval Gedung Putih, Trump menyebut surat sudah dikirim kepada Khamenei. Ia juga merespons potensi aksi militer dengan mengatakan, "Kita memiliki situasi dengan Iran bahwa, sesuatu akan segera terjadi. Sangat, sangat segera."

 

 

Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi pada Senin (3/3/2025) mengungkapkan bahwa, Iran saat ini mengalami lonjakan produksi uranium di level 60 persen. Iran diprediksi bisa meningkatkan pengayaan uraniumnya ke level bom nuklir atau 90 persen dan mampu memproduksi enam bom nuklir dalam waktu yang cepat.

"Merujuk laporan terkahir saya, stok uranium U-235 Iran meningkat hingga 60 persen telah bertambah 275 kilogram, naik 182 kilogram dalam tiga bulan terakhir. Iran satu-satunya negara non-nuklir yang melakukan pengayaan uranium pada level ini, membuat saya sangat khawatir," kata Grossi dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu.

Grossi mengekspresikan "kekhawatiran serius" atas masalah keamanan yang tidak teratasi, dan menekankan pentingnya mengatasi masalah keamanan itu sehingga mereka bisa percaya diri bahwa program nuklir Iran "hanya untuk perdamaian".

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler