Kementerian PPPA Khawatirkan Penculikan Anak tak Terlaporkan
Kementerian PPPA mengkhawatirkan adanya penculikan anak tidak terlaporkan.
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) merespons isu penculikan anak yang menghebohkan orang tua. Isu tentang penculikan anak ini mencuat di sejumlah daerah di Tanah Air.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KPPPA Nahar mengungkapkan adanya fenomena penculikan anak tak terlaporkan. Penculikan semacam ini justru lebih parah karena keluarga korban tak melakukan pencarian karena dianggap anak akan kembali.
"Yang harus diwaspadai dia kehilangan anak lalu anggap tidak perlu dicari, kemungkinan itu ada nggak? Contoh di komunitas tertentu sudah biasa anak pergi pulangnya kapan-kapan. Itu bisa jadi nggak dicari," kata Nahar saat berbincang dengan media, Rabu (1/2).
Nahar menegaskan pentingnya respons cepat dalam kasus penculikan anak. Keluarga diharapkan secepatnya melapor ketika kehilangan anaknya. Sebab timing waktu ini dapat menentukan anak kembali dengan selamat atau tidak.
"Pencarian ketika diculik harus cepat, karena ada korban yang ditemukan sudah meninggal," ujar Nahar.
Oleh karena itu, Nahar menegaskan kewaspadaan keluarga dan lingkungan harus terus digalakkan. Apalagi ia mengamati ruang penculikan anakbterbuka karena semakin sempitnya anak bermain.
"Semakin terbatasnya orang tua dan lingkungan kontrol anak-anak di lingkungan mereka sendiri. Maka beberapa kasus ngajak anak dengan iming-iming, misal eskrim," ucap Nahar.
Nahar juga menyebut identifikasi terhadap terduga pelaku harus cermat. Pasalnya, sebagian pelaku penculikan justru berpura-pura sebagai ODGJ.
"Selanjutnya anak diajarkan jangan percaya dengan iming-iming itu. Tapi pola pikir anak memang berbeda. Makanya penculik pahami psikologis anak dengan iming-iming makanan, bermain," sebut Nahar.
Sebelumnya, isu penculikan anak di bawah umur di Jakarta dan beberapa daerah yang beredar di media sosial telah meresahkan masyarakat. Dalam foto yang beredar di media sosial dinarasikan target korban penculikan merupakan anak-anak dengan rentang usia 1-12 tahun. Pihak kepolisian memastikan, pesan berantai isu penculikan anak itu kabar bohong atau hoaks.