Survei Serologi Ungkap Proporsi Antibodi Covid-19 Masyarakat Indonesia Sudah 99 Persen

Hasil 99 persen tersebut merupakan proporsi penduduk yang memiliki antibodi.

Republika/Wihdan Hidayat
Wisatawan memanfaatkan layanan vaksinasi Covid-19 booster di Posko Kesehatan Tempat Khusus Parkir (TKP) Abu Bakar Ali, Yogyakarta, Selasa (27/12/2022). Posko Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta ini selain untuk pelayanan kesehatan darurat juga melayani vaksinasi Covid-19 wisatawan saat Libu Nataru 2022/2023. Setiap hari sebanyak 60 dosis vaksin Pfizer disiapkan untuk masyarakat. Tiga titik posko kesehatan di Tugu Pal Putih, TKP ABA, dan Titik Nol Yogyakarta disiapkan untuk layanan vaksinasi Covid-19 wisatawan.
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan dan FKM UI telah mengelar survei serologi SARS Cov-2 Nasional yang dilakukan setahun secara panel. Hasil dengan waktu pengumpulan pada Januari 2023 ini menyebut, jika proporsi penduduk yang mempunya antibodi SARS Cov-2 nasional pada Januari 2023 mencapai 99 persen.

“Jumlah ini naik dari Juli 2022 sekitar 98,5 persen dan Desember 2021 87,9 persen,” kata Kepala BKPK Kemenkes Syarifah Liza Munira kepada awak media di Kemenkes, Jakarta, Jumat (3/2/2023)

Menurutnya, persentase antibodi kian meningkat pesat setelah ada vaksinasi ketiga atau booster. Secara angka, kata Liza, kadar antibodi pada masyarakat meningkat sekitar 1,5 kali lipat dibanding sebelumnya. “Kalau Juli 2022 sebesar 2.095, di Januari 2023 meningkat jadi 3.207,” ujarnya.

Dijelaskan Liza, studi yang dilakukan dengan FKM UI itu dilakukan di 34 provinsi dan 99 kota atau kabupaten. Menurutnya, survei dilakukan secara panel atau mengikuti orang yang sama sejak 2021

Menyoal tingginya antibodi masyarakat dan ajakan untuk booster kedua bagi umum dewasa, Liza menyebut hal itu memang masih disarankan. Namun demikian, dia menyebut jika hasil 99 persen tersebut merupakan proporsi penduduk yang memiliki antibodi.
 
Liza mengingatkan, vaksin booster yang menyebabkan tingginya angka itu belum bisa mencegah transisi, melainkan hanya mencegah keterparahan kondisi. Sehingga, vaksinasi booster dinilainya masih diperlukan

“Jadi apakah masih penting untuk dilengkapi (booster kedua), jelas iya,” katanya. Selain untuk meningkatkan antibodi lebih jauh, dia menyebut jika booster kedua bisa mencegah keterparahan.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler