Sejarah BRIN, Hanya Ada Foto Sukarno dan Laksana Tri Handoko, tak Ada Habibie
Foto dan nama Soeharto yang mengajak BJ Habibie pulang ke Indonesia pun tidak ada.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus menjadi pembahasan di media sosial. Kali ini, yang disoroti adalah keterangan sejarah riset dan inovasi Indonesia yang terpampang di Gedung BJ Habibie, kantor BRIN, Jakarta Pusat.
"Sejarah/garis waktu iptek nasional versi BRIN di gedung BJ Habibie, Kantor Pusat BRIN hanya dua tokoh yang muncul, yaitu Ir Soekarno dan beliau (kepala BRIN) sendiri. Luar biasa. Beliau memang bukan sembarang beliau," cicit akun Twitter @brin_watch di lini masa Twitter, dikutip Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (4/2/2023).
Cicitan tersebut dibarengi dengan unggahan foto papan keterangan sejarah riset dan inovasi Indonesia tersebut. Di mana pada papan paling kiri terpampang gambar Presiden Sukarno dengan keterangan tahun 1948. Pada tahun tersebut, tertulis pembentukan Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam (OPIPA) dengan keterangannya.
Di papan sebelahnya terpampang tahun 1960. Pada tahun itu, dijelaskan terjadi pembangunan reaktor nuklir pertama di Indonesia, yakni Reaktor Triga Mark II. Lalu di papan sebelahnya lagi tertulis tahun 1964, yakni terjadinya peluncuran Roket Kartika-I beserta keterangannya.
Papan berikutnya melompat ke tahun 1995. Pada era Orde Baru tersebut, bangsa Indonesia bisa dikatakan patut berbangga. Hal itu lantaran uji coba penerbangan perdana pesawat N-250 di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, dapat terwujud dengan sempurna.
Di situ, hanya dijelaskan soal pesawat tersebut diterbangkan dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, yang menjadi penanda Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas). Tak ada penjelasan soal sosok di balik pengembangan pesawat tersebut, yakni BJ Habibie maupun Presiden Soeharto.
Padahal, Soeharto adalah orang yang membujuk Habibie untuk mau pulang ke Tanah Air. Akhirnya, hati Habibie luluh dan mau meninggalkan Aachen, Jerman. Padahal, periset yang nantinya menjadi Presiden ke-3 RI tersebut sudah memiliki karier cemerlang di Jerman.
Di sebelah papan soal pesawat tersebut, terpampang peristiwa tahun 2002. Ketika itu, terbit Undang-Undang (UU) Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilimu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 Iptek). Dalam papan yang sama, terpampang keterangan soal terbitnya UU Sisnas Iptek.
Hingga pada papan paling kanan, yakni yang paling ujung, masuk ke tahun 2021 soal pembentukan BRIN. Dalam papan tersebut terpampang gambar sosok Kepala BRIN, Prof Laksana Tri Handoko, yang kini masih menjabat.
Republika.co.id masih terus mencoba menghubungi pejabat BRIN terkait masalah itu, namun belum tersambung.