Krisis Adani Dikhawatirkan Menyebar ke Pasar Keuangan India

Adani telah kehilangan lebih dari 100 miliar dolar AS sejak laporan Hindenburg.

AP Photo/Ajit Solanki
Papan nama SPBU Adani dipajang di outlet perusahaan di Ahmedabad, India, 2 Februari 2023. Kerugian Adani Group yang bermasalah, konglomerat terbesar kedua India, semakin dalam pada hari Jumat karena saham di perusahaan andalannya anjlok 25% lagi, memperpanjang penurunan selama seminggu yang telah menghapus nilai pasar puluhan miliar dolar.
Rep: Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Krisis yang kini tengah dialami Grup Adani dikhawatirkan akan menyebar ke pasar keuangan India. Lembaga pemeringkat Moody's memberikan peringatan, saat ini Grup Adani tengah berjuang untuk meningkatkan modal dan S&P memangkas prospek dua bisnisnya.

Baca Juga


Meskipun saham di perusahaan Adani pulih setelah penurunan tajam pada Jumat (3/2/2023) pagi, tujuh perusahaan yang terdaftar masih kehilangan sekitar setengah nilai pasar mereka. Total kehilangan tersebut lebih dari 100 miliar dolar AS sejak Hindenburg menerbitkan laporannya pada 24 Januari 2023.

Moody's memperingatkan penurunan saham dapat memukul kemampuan Adani Group untuk meningkatkan modal. "Perkembangan yang merugikan ini kemungkinan akan mengurangi kemampuan grup untuk meningkatkan modal untuk mendanai belanja modal atau membiayai kembali utang yang jatuh tempo selama satu sampai dua  ke depan," kata Moody's dikutip dari Reuters, Sabtu (4/2/2023).

Selain itu juga terjadi kekacauan di parlemen India yang menuntut penyelidikan setelah krisis dramatis pada nilai pasar saham. Krisis dipicu oleh laporan Riset Hindenburg pekan lalu yang menunjukkan short seller yang berbasis di AS menuduh Grup Adani melakukan manipulasi saham dan utang yang tidak berkelanjutan.

Sementara Adani Group yang merupakan salah satu konglomerat top India, menolak kritik tersebut. Grup Adani juga membantah melakukan kesalahan namun tetap gagal menahan penurunan sahamnya yang tak kunjung reda.

Sebagai tanda terbaru dari pelebaran krisis, Kementerian Urusan Korporasi India mulai melakukan tinjauan awal. Khususnya dalam meninjau laporan keuangan Grup Adani dan pengajuan peraturan lainnya yang dibuat selama bertahun-tahun.

Di tengah kekhawatiran gejolak yang dapat meluas, beberapa politisi India telah menyerukan penyelidikan yang lebih luas. Salah seorang sumber mengatakan kepada Reuters, bank sentral telah meminta rincian paparan kepada pemberi pinjaman kepada grup tersebut.

Ahli Strategi dari Saxo Markets di Singapura, Charu Chanana mengakui adanya potensi gejolak yang meluas setelah krisis Grup Adani muncul. "Kekhawatiran penularan meluas, tetapi masih terbatas pada sektor perbankan," kata Chanana.

Sementara itu, Bank Sentral India mengatakan sistem perbankan negara tetap tangguh dan stabil. Bank Sentral India mengungkapkan tidak perlu khawatir mengenai eksposur ke Grup Adani. Meskipun Bank Sentral India memastikan akan mengevaluasi pembiayaan untuk proyek-proyeknya.

Saham Adani Enterprises ditutup 1,4 persen lebih tinggi setelah sebelumnya merosot 35 persen hingga mencapai level terendah sejak Maret 2021. Hal itu membuat kerugiannya menjadi hampir 33,6 miliar dolar AS sejak pekan lalu yang sudah mengalami penurunan hingga 70 persen.

Saham turun lima persen di Adani Total Gas yang merupakan perusahaan patungan dengan Total Energies Prancis. Sementara itu, saham Pelabuhan Adani dan Zona Ekonomi Khusus naik delapan persen serta Adani Transmission dan Adani Green Energy masing-masing turun 10 persen.

"Ada risiko bahwa kekhawatiran investor tentang tata kelola dan pengungkapan grup lebih besar daripada yang kami perhitungkan saat ini dalam peringkat kami," kata S&P.

Sekretaris Divestasi India Tuhin Kanta Pandey mengatakan kepada Reuters bahwa pemegang saham dan pelanggan Life Insurance Corp (LIC) tidak perlu khawatir tentang eksposurnya ke Grup Adani. LIC yang dikelola negara  memiliki 4,23 persen saham di Adani Enterprises unggulan, sementara eksposur lainnya mencakup 9,14 persen saham di Adani Ports. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler