Viral di Twitter, Sushi Terrorism Serang Jepang
Terorisme sushi meresahkan penggemar kuliner di Jepang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyantap sushi yang beredar di conveyor belt alias kaitenzushi merupakan salah satu tradisi bersantap yang populer di Jepang. Akan tetapi, kemunculan "sushi terrorism" membuat banyak orang kini merasa segan untuk menikmati sushi di restoran kaitenzushi.
"Terorisme sushi" merupakan sebuah tren prank baru yang sedang viral di Jepang. Tren ini dilakukan dengan cara melakukan sesuatu hal yang tak seharusnya pada sushi yang berputar di conveyor belt, seperti mengacak-acak, memakan pesanan orang, atau bahkan mengotori sushi dengan ludah.
Orang-orang iseng atau prankster biasanya melakukan aksi "terorisme sushi" sambil merekamnya. Setelah itu, mereka mengunggah video tersebut agar menjadi viral di media sosial.
Salah satu video "terorisme sushi" yang paling viral direkam di sebuah kaitenzushi bernama Sushiro, di Gifu. Video yang diunggah di Twitter dan ditonton sebanyak 40 juta kali tersebut menampilkan seorang remaja pria menjilat lubang botol kecap asin yang diperuntukkan untuk penggunaan bersama.
Remaja tersebut juga tampak mengambil sebuah cangkir teh bersih yang ditumpuk untuk digunakan oleh pelanggan. Dia lalu menempelkan mulutnya memutari seluruh pinggiran cangkir dan menaruh kembali cangkir tersebut ke tempat semula.
Tak sampai di situ saja, remaja tersebut juga tampak menjilati jarinya berulang kali sambil melihat sushi yang berputar di conveyor belt. Lalu dengan cepat, remaja tersebut menaruh dan mengoleskan jarinya yang berlumur liur ke sushi yang yang beredar.
Dalam video berbeda, tampak seorang pengunjung bermain-main dengan sushi di conveyor belt. Pelanggan tersebut menaruh wasabi dalam jumlah besar di atas sushi yang berputar melewatinya.
Ada pula pelanggan yang menjilati sendok dalam wadah bubuk teh hijau. Padahal, sendok tersebut disediakan untuk penggunaan bersama.
Dampak Sushi Terrorism
Viralnya beragam video terorisme sushi membuat geram banyak warga Jepang. Alasanya, tren tersebut telah melanggar norma dan standar kebersihan serta higienitas makanan yang dijunjung tinggi di negara tersebut.
Tren ini juga turut memberikan dampak buruk bagi pengusaha restoran Sushiro. Sejak insiden di restoran Sushiro di Gifu viral, saham perusahaan yang menaungi Sushiro mengalami penurunan lima persen.
Menanggapi viralnya terorisme sushi, pihak restoran Sushiro menekankan bahwa mereka telah melakukan desinfeksi menyeluruh dan membuang semua botol kecap asin di restoran mereka yang terletak di Gifu. Selain itu, pihak restoran telah mencuci seluruh gelas yang ada di gerai tanpa terkecuali.
Pengelola Sushiro juga berencana melibatkan pihak kepolisian setelah melakukan investigasi internal terlebih dahulu. Mereka pun telah melaporkan pelaku ke pihak kepolisian.
"Kami telah melakukan desinfeksi menyeluruh dan membuang semua botol kecap asin di gerai yang diduga menjadi lokasi terjadinya insiden," jelas pihak restoran, seperti dilansir Indian Express, Ahad (5/2/2023).
Selain Sushiro, ada dua restoran sushi lain yang juga terdampak oleh tren prank "Terorisme Sushi", yaitu Hama-sushi dan Kura Sushi. Kedua restoran tersebut akan mengikuti jejak Sushiro untuk menempuh jalur hukum terhadap para pelaku.
Tak hanya itu, Kura Sushi pun berencana untuk memasang kamera di atas conveyor belt untuk memantau aktivitas pelanggan. Warganet banyak yang mengekspresikan kemarahan mereka setelah mengetahui viralnya Terorisme Sushi.
Sebagian warganet mengkritik buruknya moral orang-orang yang melakukan Terorisme Sushi. Ada pula warganet yang mengungkapkan rasa takutnya untuk bersantap di gerai kaitenzushi.
"Saya tak bisa lagi pergi ke conveyor belt sushi," ujar warganet tersebut.