Dirut PLN Jamin Indonesia tak akan Seperti Pakistan yang Defisit Listrik
Kondisi kelistrikan nasional Indonesia dalam kondisi yang sangat aman.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Darmawan Prasodjo menjamin, Indonesia tidak akan mengalami defisit listrik seperti di Pakistan. Kata Darmawan Pakistan saat ini mengalami krisis energi cukup parah sehingga memaksa pemerintahnya menurunkan kapasitas produksi listrik dari pembangkit.
"Saat ini harga gas sedang meningkat, mereka merupakan negara pengimpor gas besar. Dengan kondisi devisa yang minim, akhirnya mereka menurunkan kapasitas pembangkit mereka dan saat ini terjadi blackout," ujar Darmawan di Komisi VII DPR RI, Rabu (8/2/2023).
Darmawan memastikan, Indonesia tidak akan mengalami kejadian tersebut di tengah kondisi harga energi primer yang sedang mahal. Kata Darmawan, PLN telah melakukan berbagai langkah untuk memastikan pasokan energi primer aman.
"Kelistrikan nasional Indonesia dalam kondisi yang sangat aman. Setiap pilar sistem kelistrikan kita sangat kokoh. Demi memastikan pasokan listrik terjaga, kami pastikan kecukupan energi primer seluruh pembangkit di Indonesia lebih dari cukup," kata Darmawan.
Ia mengatakan, PLN telah melakukan penataan ulang kontrak menjadi jangka panjang dan kokoh. Selain itu, langkah pengawasan dilakukan tidak hanya melalui fisik di lapangan tetapi juga dengan integrasi sistem monitoring digital.
"Kami integrasikan sistem digital PLN dengan sistem digital Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, sehingga dapat dilakukan corrective action secara cepat, tepat, dan terukur," tambah Darmawan.
PLN juga mengubah paradigma sistem pengendalian pasokan batu bara dari yang awalnya fokus pada titik bongkar Estimated Time of Arrival (ETA) menjadi berfokus pada titik muat atau loading. Mekanisme early warning system juga dibangun, sehingga risiko keterlambatan pengiriman pasokan batu bara dapat diminimalisir.
"Dengan sistem seperti ini maka jika ada potensi kegagalan pasokan karena ketersediaan batu bara maupun armada angkutannya, akan dapat dideteksi lebih dini. Bahkan setiap pergerakan pasokan energi primer dapat termonitor secara digital," kata Darmawan.