Jepang Duga Ada Balon Udara Pengintai yang Terbang di Wilayahnya

AS telah menembak jatuh balon udara milik Cina yang diduga melakukan pengintaian.

Travis Huffstetler Photography
Dalam foto yang disediakan oleh Travis Huffstetler Photography ini, sebuah balon besar melayang di atas Samudra Atlantik, tepat di lepas pantai Carolina, Sabtu, 4 Februari 2023. Bola putih besar yang melayang melintasi wilayah udara AS minggu ini dan ditembak jatuh oleh Angkatan Udara di atas Atlantik di televisi langsung hari Sabtu memicu pusaran diplomatik dan meledak di media sosial.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan, ada laporan bahwa balon udara yang diduga melakukan aktivitas pengintaian pernah terbang di atas wilayah negaranya. Terkait hal itu, Jepang tengah menjalin komunikasi dengan Amerika Serikat (AS). AS baru-baru ini menembak jatuh balon udara milik Cina yang dituduh melakukan aktivitas pengintaian.

Baca Juga


Mastsuno mengungkapkan, ada konfirmasi dugaan balon udara terbang di atas Jepang, termasuk di perairan terbuka di wilayah barat Kyushu pada 2022. Namun dia tak segera menuduh bahwa balon tersebut milik Cina. “Kami akan terus memantau situasi dengan perhatian penuh dan mengumpulkan informasi,” ujarnya dalam pengarahan pers, Kamis (9/2/2023).

Sementara itu Presiden AS Joe Biden mengatakan, negaranya tidak mencari konflik dengan Cina. Hal itu disampaikan setelah AS menembak jatuh balon udara milik Cina yang memasuki wilayah AS dan dituduh melakukan aktivitas pengintaian. “Kami akan bersaing sepenuhnya dengan Cina, tapi kami tidak mencari konflik, dan itulah yang terjadi sejauh ini,” kata Biden dalam sebuah wawancara dengan PBS, Rabu (8/2/2023).

Pada kesempatan itu, Biden pun ditanya apakah penembakan balon udara milik Cina menyebabkan kerusakan besar pada hubungan Washington dengan Beijing. “Tidak,” jawab Biden singkat.

Pekan lalu Wakil Menteri Luar Negeri Cina Xie Feng mengatakan, keputusan AS menembak jatuh balon udara milik negaranya berdampak serius terhadap hubungan bilateral Beijing-Washington. Menurutnya, penembakan itu pun merusak upaya perbaikan relasi kedua negara yang dimulai sejak Presiden Xi Jinping dan Joe Biden bertemu di sela-sela KTT G20 di Bali pada November 2022 lalu.

“Tindakan AS (menembak jatuh balon udara Cina) berdampak serius dan merusak upaya serta kemajuan kedua belah pihak dalam menstabilkan hubungan Cina-AS sejak pertemuan di Bali,” kata Xie Feng dalam surat keluhan yang dikirimkan Pemerintah Cina ke Kedutaan Besar AS di Beijing pada Ahad (5/2/2023).

Pada Sabtu (4/2/2023) lalu, AS akhirnya menembak jatuh balon udara milik Cina yang telah terbang di wilayahnya selama beberapa hari. Washington menuduh balon tersebut melakukan aktivitas pengintaian atau mata-mata. Salah satu wilayah yang dilintasi balon tersebut adalah Montana, yakni rumah bagi salah satu dari tiga ladang silo rudal nuklir di Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom.

AS menyebut masuknya balon Cina ke wilayahnya merupakan pelanggaran yang tak dapat diterima. Jet tempur AS menembak jatuh balon tersebut di lepas pantai Carolina Selatan. Pada Jumat (3/2/2023), Pemerintah Cina mengonfirmasi bahwa balon udara yang memasuki wilayah AS adalah miliknya. Namun Beijing membantah tuduhan AS yang menyebut balon itu melakukan aktivitas pengintaian.

“Pesawat itu dari Cina dan bersifat sipil, digunakan untuk meteorologi dan penelitian ilmiah lainnya. Karena pengaruh angin barat dan kemampuan kontrolnya yang terbatas, pesawat itu menyimpang dari jalur yang dimaksudkan,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China dalam sebuah pernyataan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler