Cina Serukan Penyelesaian Awal Masalah Nuklir Iran

Iran sedang mengembangkan energi nuklir lebih lanjut untuk alasan damai.

CBC
Iran dan pengembangan nuklirnya, ilustrasi. Presiden Cina Xi Jinping pada Selasa (14/2/2023) menyerukan resolusi awal dan tepat dari masalah nuklir Iran. Xi menyatakan dukungan untuk Republik Islam Iran dalam melindungi hak dan kepentingannya.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping pada Selasa (14/2/2023) menyerukan resolusi awal dan tepat dari masalah nuklir Iran. Xi menyatakan dukungan untuk Republik Islam Iran dalam melindungi hak dan kepentingannya.

Baca Juga


"Cina akan terus berpartisipasi secara konstruktif dalam pembicaraan untuk melanjutkan negosiasi penerapan perjanjian nuklir Iran," kata Xi kepada Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam pembicaraan di Beijing.

Perjanjian nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) membatasi program pengayaan uranium Iran untuk mempersulit mereka dalam mengembangkan senjata nuklir. Pembatasan pengayaan uranium ini sebagai imbalan pencabutan sanksi internasional. Iran mengatakan, mereka sedang mengembangkan energi nuklir lebih lanjut untuk alasan damai.

Namun pada  2018, Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump membatalkan kesepakatan itu. Trump mengatakan, JCPOA tidak cukup untuk mengekang kegiatan nuklir Teheran. Trump juga kembali menerapkan sanksi terhadap Iran.

Cina  mengkritik Washington karena menarik diri dari kesepakatan itu. Cina bersikeras bahwa AS harus mengambil langkah pertama dalam menghidupkan kembali pakta tersebut.

Pada September, AS memberlakukan sanksi baru terhadap perusahaan yang terlibat dalam ekspor minyak Iran, termasuk lima perusahaan yang berbasis di Cina. Washington mengatakan, mereka akan terus memberlakukan sanksi terhadap penjualan minyak dan petrokimia Iran selama mereka mempercepat program nuklirnya.

Menjelang kunjungan tiga hari ke Beijing, Raisi menulis sebuah editorial di media Pemerintah Cina, People's Daily. Dalam editorial itu, Raisi mengatakan, Iran percaya unilateralisme dan tindakan "kekerasan" seperti pengenaan sanksi "tidak adil" adalah penyebab utama krisis dan ketidakamanan di dunia. 

Dalam tajuk rencana itu, Raisi menggambarkan Cina sebagai "teman lama". Raisi mengatakan, upaya Iran memperkuat hubungan dengan Cina tidak akan terpengaruh oleh situasi regional dan internasional.

"Tidak peduli bagaimana situasi internasional dan regional berubah, Cina akan dengan teguh mengembangkan kerja sama yang bersahabat dengan Iran dan mempromosikan pengembangan berkelanjutan dari kemitraan strategis komprehensif Cina-Iran," kata Xi.

Cina bersedia memperdalam kerja sama dengan Iran dalam perdagangan, pertanian, industri, dan infrastruktur serta mengimpor lebih banyak produk pertanian Iran yang berkualitas tinggi. Xi dan Raisi berjanji menjalin aliansi yang lebih kuat.

Pada 2022, Iran dan Cina memulai fase implementasi perjanjian kerja sama 25 tahun. Dalam perjanjian itu, Cina akan menginvestasikan miliaran dolar di sektor perminyakan Iran dengan imbalan pasokan produk minyak dan petrokimia.  Cina kini sudah menjadi mitra dagang terbesar Iran.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler