Usung Politik Identitas, Partai Ummat Sebut Indonesia Ketinggalan Zaman
Partai Ummat menegaskan siap menjadi oposisi jika Anies kalah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Ummat menegaskan mereka memang mengusung politik identitas. Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien Rais mengatakan, politik identitas itu malah perlu karena partai politik yang tidak ada identitas sama seperti robot.
Ia menilai, parpol yang tidak memiliki identitas sama seperti zombie, tidak ada moral, tidak ada nurani, otak tercerabut dan malah akan berbahaya. Bahkan, Amien mengingatkan, di Jerman partai pemenang kedua yaitu Persatuan Demokrat Kristen.
"Ketika melihat dunia menjadi terbuka wawasan kita, tapi kalau cuma ngorek di dalam, terus hebat-hebatan sendiri ternyata kita ketinggalan zaman," kata Amien, Rabu (15/2/2023).
Selain itu, di Swedia, Spanyol atau Belanda itu semua ada partai-partai agama. Amien merasa, di Indonesia malah aneh karena politisinya memiliki intelektual seperti beo karena mengikuti saja ketika politik identitas dibilang berbahaya.
Ia menekankan, mereka akan terus melaju dengan keyakinan kalau sampai tidak bisa membangun eksekutif atau tidak sesuai yang diinginkan mereka akan jadi oposisi. Karenanya, Amien menegaskan, mereka siap menjadi oposisi jika Anies kalah nanti.
"Itu kita setuju, mbahnya setuju, saking siapnya, kita siap karena kita suka tantangan," ujar Amien.
Ia merasa, politik identitas itu merupakan jati diri karena parpol yang tanpa jati diri malah aneh. Apalagi, itu biasa di negara-negara maju. Menurut Amien, itu akan dikelola secara modern, melihat masalah dengan kemampuan intelektual.
Sekretaris Majelis Syuro Partai Ummat, Ansufri Sambo menambahkan, pertanggungjawaban mereka bukan kepada manusia, tapi kepada Allah. Jadi, apa yang mereka lakukan sesuai rujukan, Alquran dan Sunnah, tidak bergantung persepsi orang.
Artinya, nilai yang mereka usung jelas, tidak cuma di luar tapi di dalam. Misal, selama ini tidak pernah ke masjid, tapi begitu mau kampanye tiba-tiba ke masjid, lantas memakai atribut seperti baju koko dan sebagainya hanya untuk kampanye.
Kemudian, tidak pernah berpakaian seperti muslimah, tapi begitu kampanye mulai mengenakan atribut-atribut muslimah. Ia menekankan, Partai Ummat tidak ingin begitu, sehingga masa kampanye atau tidak tetap beridentitas sebagai muslim.
"Kita tidak mau begitu, luar kampanye kita rajin masjid, begitu kampanye tetap kita masjid, luar dalam begitu, bukan hanya lip service, itu yang kita maksud," kata Ansufri.