Adaro Minerals Anggarkan Capex 70-90 Juta Dolar AS pada 2023
Alokasi belanja modal ini untuk pengembangan segmen batu bara metalurgi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pada tahun ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar 70 hingga 90 juta dolar AS. Presiden Direktur ADMR Christian Ariano Rachmat menjelaskan alokasi belanja modal ini untuk pengembangan segmen batu bara metalurgi.
"Perusahaan akan terus meningkatkan produksi dan penjualan secara konsisten," ujar Christian dalam keterangan resminya, Rabu (15/2/2023).
Dia menjelaskan, pada tahun ini perusahaan mentargetkan penjualan batu bara bisa mencapai 3,8-4,3 juta ton. Hal ini didukung kuatnya permintaan pelanggan sesuai dengan target jangka menengah perusahaan sebesar 6 juta ton per tahun.
"ADMR akan meningkatkan volume penjualannya, didukung oleh kuatnya permintaan pelanggan," ujar Christian.
Christian menjelaskan, alokasi belanja modal tersebut di luar belanja modal untuk pengembangan smelter aluminium. Saat ini, perusahaan masih terus melakukan pengembangan dan ditargetkan akan financial close pada semester pertama tahun ini.
Dia menyebut langkah ini sebagai wujud komitmen perusahaan dalam mendukung hilirisasi mineral di Indonesia. ADMR telah menggandeng beberapa mitra untuk bisa mendukung ekonomi hijau di Indonesia.
"ADMR aktif berpartisipasi di industri hilir mineral di Indonesia. Grup Adaro pertama kali mengumumkan minat pada bisnis smelter aluminium pada akhir 2021 dan dalam kurun waktu setahun, perusahaan berhasil mendapatkan mitra-mitra dan komitmen offtake. ADMR akan memimpin proses transformasi Grup Adaro untuk mendukung ekonomi hijau," ujar Christian.
Dia menjelaskan, pada 13 November tahun lalu, ADMR telah bersepakat dengan Hyundai Motor Company (HMC) untuk kerja sama sebagai offtaker dari produksi alumunium Adaro Minerals. Pada 20 Desember 2022, perusahaan juga menggandeng Aumay Mining Pte dan Cita Mineral Investindo dalam bekerja sama pembentukan pabrik smelter alumunium yang dikembangkan perusahaan.
"Perolehan dari transaksi ini akan digunakan untuk mengembangkan smelter aluminium KAI yang akan menjadi proyek pertama kawasan industri hijau di Kalimantan Utara," ujar Christian.
Fase 1 smelter aluminium ini akan memproduksi 500 ribu ton aluminium per tahun. Konstruksi jetty, persiapan lahan, serta infrastruktur pendukung lainnya untuk smelter aluminium ini telah dimulai, dan fase pertama proyek ini diperkirakan akan rampung pada semester pertama I 2025.