Bantuan Gempa Buka Peluang Normalisasi Hubungan Turki dengan Armenia
Turki telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Armenia pada 1993.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Armenia Ararat Mirzoyan melakukan kunjungan langka ke Turki, Rabu (15/2/2023). Turki diketahui telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Armenia pada 1993.
Dalam kunjungannya ke Ankara, Mirzoyan bertemu dan melakukan pembicaraan dengan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu. Salah satu topik yang dibahas perihal bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Turki. Cavusoglu kemudian menyiratkan, pengiriman bantuan dapat membuka pintu normalisasi hubungan bagi kedua negara.
“Armenia telah mengulurkan tangan persahabatan, menunjukkan solidaritas dan kerja sama dengan kami di masa sulit ini. Kita perlu melanjutkan solidaritas ini,” kata Cavusoglu dalam konferensi pers bersama Mirzoyan.
Cavusoglu mengungkapkan, proses normalisasi di wilayah Kaukasus selatan sedang berlangsung. “Kami yakin kerja sama kami di bidang kemanusiaan akan mendukung proses ini,” ucapnya.
Pernyataan senada turut disampaikan Mirzoyan. “(Armenia) berkomitmen menormalisasi penuh hubungan dan pembukaan penuh perbatasan dengan Turki,” katanya dalam konferensi pers tersebut.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Armenia Vahan Hunanyan, dalam kunjungannya Mirzoyan juga akan menemui regu penyelamat asal negaranya yang dikerahkan ke Turki. “Menteri Mirzoyan juga akan bertemu tim penyelamat Armenia yang melakukan operasi pencarian dan penyelamatan di kota Adiyaman, Turki yang terkena dampak gempa bumi,” kata Hunanyan.
Pada Sabtu (11/2/2023) pekan lalu, Armenia membuka jalur perbatasannya dengan Turki untuk pertama kalinya dalam 35 tahun. Hal itu dilakukan guna mempermudah proses penyaluran bantuan kemanusiaan ke Turki setelah negara tersebut diguncang gempa bermagnitudo 7,8 pada 6 Februari lalu.
Turki memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangannya dengan Armenia pada 1993. Langkah itu diambil sebagai bentuk dukungan Turki terhadap Azerbaijan. Armenia dan Azerbaijan diketahui terlibat konflik serta persengketaan wilayah di Nagorno-Karabakh.
Hubungan Armenia dan Turki memang tak terlalu harmonis. Hal itu berakar pada perkara sejarah. Armenia menuding Kekaisaran Ottorman telah membunuh 1,5 juta orang Armenia pada 1915. Armenia menyebut peristiwa itu sebagai genosida.
Turki mengakui, banyak orang Armenia yang tinggal di Kesultanan Utsmaniyah tewas dalam bentrokan dengan pasukan Utsmaniyah selama Perang Dunia I. Namun Ankara membantah klaim Armenia bahwa terdapat 1,5 juta orang tewas di tangan pasukan Ottoman.
Turki pun menyangkal pembunuhan terhadap mereka terjadi secara sistematis. Karena itu Turki menolak label 'genosida' oleh Armenia untuk peristiwa tersebut.