Pengaruh Anies Capres Terhadap Elektabilitas Partai Koalisi Perubahan Menurut Survei
Elektabilitas Nasdem terkerek naik setelah mendeklarasikan Anies sebagai capres.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Wahyu Suryana, Amri Amrullah
Pendeklarasian Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) 2024 ikut memengaruhi elektabilitas partai politik (parpol) pendukungnya. Hal itu terekam dalam survei terbaru Litbang Kompas, di mana terjadi kenaikan elektabilitas Partai Nasdem pascadeklarasikan Anies sebagai capres.
"Elektabilitas Nasdem sebesar 7,3 persen atau naik 3 persen dari survei sebelumnya diangka 4,3 persen," kata tim Litbang Kompas dikutip di Jakarta, Selasa (21/2/2023).
Peningkatan itu terjadi setelah Nasdem mendeklarasikan dukungan dan mengusung Anies Baswedan sebagai bacapres 2024. Selain kenaikan elektabilitas Nasdem, dua partai lain yang mengusung Anies mengalami penurunan elektabilitas yakni Demokrat dan PKS.
Demokrat memperoleh elektabiltas 8,7 persen. Jumlah itu turun 5,3 persen dari 14 persen pada survei sebelumnya. Kemudian PKS dari 6,3 persen menjadi 4,8 persen.
Survei Litbang Kompas juga mencatat elektabilitas PDI Perjuangan berada di angka 22,9 persen. Elektabilitas partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu meningkat 1,8 persen dibandingkan survei yang sama pada Oktober 2022.
Kemudian Partai Gerindra memperoleh elektabilitas 14,3 persen. Angka itu menurun 1,9 persen saat jajak pendapat Oktober 2022, yaitu sebesar 16,2 persen. Selanjutnya ada Partai Golkar memiliki elektabilitas 9 persen, naik 1,9 persen dibandingkan survei sebelumnya yaitu 7,9 persen.
Survei digelar Litbang Kompas pada 25 Januari hingga 4 Februari 2023, dengan melibatkan 1.202 responden dari seluruh provinsi di Indonesia. Sampel dipilih secara acak dengan metode sistematis bertingkat, dan survei dilakukan dengan wawancara tatap muka. Menggunakan metode tersebut, jajak pendapat memiliki tingkat kepercayaan 95 persen, serta margin of error kurang lebih 2,83 persen.
Survei Litbang Kompas senada dengan survei Poltracking pada akhir tahun lalu. Berdasarkan survei yang digelar pada 26 November-2 Desember, Poltracking menemukan elektabilitas Partai Nasdem melesat naik.
Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda AR mengatakan, langkah Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres membuahkan hasil. Nasdem mulai mendapatkan perhatian publik di lima provinsi di Pulau Jawa yang disurvei.
Di DKI Jakarta, Nasdem meraih 14,3 persen atau kedua setelah PDIP dan di atas PKS dengan 12,4 persen. Di Banten, Nasdem turut meraih posisi kedua dengan 13,8 persen di bawah Gerindra 17,6 persen, di atas Partai Golkar dengan 13,3 persen.
Di daerah-daerah yang bukan basis mereka sekalipun, Nasdem mampu ke luar dari posisi bawah dan masuk 10 teratas. Di Jabar, Nasdem posisi empat dengan 7,5 persen, di Jateng posisi delapan 2,4 persen dan Jatim posisi lima 6,9 persen.
"Yang menarik, runner up nomor dua, yaitu Partai Nasdem di 14,3 persen, nomor dua di Jakarta. Ini basis Anies Baswedan yang sekaligus kita tahu Nasdem sudah mendeklarasikan Anies sebagai capresnya," kata Hanta, Kamis (15/12/2023).
Raihan Nasdem di Jakarta sejalan elektabilitas Anies di DKI Jakarta yang meraih 49,6 persen, mengungguli Ganjar 27,5 persen dan Prabowo 15,7 persen. Bahkan, di Banten walau Gerindra unggul, Nasdem mampu pula mencuat masuk ke posisi kedua.
Hasil survei berbeda didapatkan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Dalam pemaparannya pada akhir Desember 2022 lalu, SMRC menyimpulkan, bahwa deklarasi Anies Baswedan sebagai bakal capres membuat PKS dan Demokrat yang masih dalam satu Koalisi Perubahan, mendapatkan elektabilitas lebih kuat dibandingkan Nasdem.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, mengatakan dalam simulasi tiga nama calon presiden, dukungan publik pada Anies mencapai 28,1 persen; sementara Ganjar 33,7 persen; dan Prabowo 26,1 persen. Masih ada 12,1 persen yang belum menentukan pilihan.
"Dari 28,1 persen pemilih Anies tersebut, ada 16 persen yang menyatakan mendukung PKS, 14 persen mendukung Demokrat, dan hanya 8 persen yang memilih Nasdem," jelas Deni dalam pemaparannya pada 22 Desember 2022 lalu.
Menurut Deni, meskipun dukungan dari pemilih Anies kepada Nasdem menguat sejak Agustus 2022 hingga Desember 2022, dukungan tersebut belum terlalu besar, baru 8-11 persen. Per Desember 2022, pemilih Anies paling banyak yang ditarik oleh PKS sebesar 16 persen, dan Demokrat 14 persen.
“Ini menunjukkan bahwa Anies tidak identik dengan Nasdem,” kata Deni menambahkan.
Deni melanjutkan bahwa secara keseluruhan, pemilih Anies pada Nasdem mengalami kenaikan, sebaliknya pemilih Ganjar dan Prabowo di Nasdem turun. Pada Mei 2021, ada 3 persen pemilih Ganjar dan 4 persen pemilih Prabowo yang memilih Nasdem.
Pada Desember 2022, massa dua bakal capres ini masing-masing 2 persen yang memilih Nasdem. Menurut dia, ini yang menjelaskan mengapa hasil suara yang diperoleh Nasdem sebelum dan sesudah deklarasi capres hasilnya tidak banyak berbeda.
“Hasil akhirnya impas karena kenaikan dari Anies tidak lebih besar dari penurunan dari Ganjar dan Prabowo,” katanya.
Pada survei kali ini, Nasdem mendapatkan dukungan 3,2 persen suara. Angka ini tidak terlalu jauh berbeda dengan perolehan suara Nasdem sebelum deklarasi capres. Pada Agustus 2022, Nasdem mendapat dukungan 3,5 persen.
"Pada saat yang sama, dukungan pada Anies Baswedan mengalami penguatan, dari 21,9 persen pada Agustus 2022 menjadi 28,1 persen pada Desember 2022," terangnya.
Survei SMRC dilakukan secara tatap muka pada 3 - 11 Desember 2022. Populasi survei sebanyak 1.220 responden adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Response rate sebesar 1029 atau 84 persen. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
Adapun dalam capaian survei elektabilitas terbaru pada Desember 2022 yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), partai-partai yang tergabung Koalisi Perubahan yakni Partai NasDem, Partai Demokrat dan Partai Keadlian Sejahtera (PKS) berada pada posisi lima besar.
"Komunikasi publik dari Koalisi Perubahan telah berhasil menyita perhatian masyarakat. Sejalan dengan itu, ketiga partai politik yang menginisiasi lahirnya Koalisi Perubahan ini menuai dampak kenaikan elektabilitas," kata Direktur Riset LSI Fathur Rahman dalam keterangannya pada Selasa (29/12/2022).
Tercatat, Partai Demokrat berhasil menggeser Partai Gerindra dari posisi kedua. Kemudian Partai Nasdem dan PKS menyalip Partai Golkar yang terlempar dari posisi lima besar. Adapun peringkat pertama ditempati oleh PDI Perjuangan dengan 18,2 persen, posisi kedua ditempati oleh Partai Demokrat dengan elektabilitas 14,1 persen menyalip Partai Gerindra yang nyaris stagnan di dua survei sebelumnya dengan elektabilitas 11,8 persen.
"Dan pada posisi keempat dan kelima ditempati oleh Partai NasDem dengan 8,2 persen dan PKS 7,4 persen," ujar Fathur.
Selanjutnya, di posisi keenam ditempati oleh Partai Golkar dengan elektabilitas 7,2 persen dan ketujuh ditempati oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 4,6 persen elektabilitas.
Survei LSI pada 18 hingga 28 November 2022 mengambil populasi warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, pada 34 provinsi di Indonesia. Dari populasi itu dipilih secara acak sebanyak 1.500 responden, dengan margin of error 3,05 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.