Bersatu Bantu Ukraina
Tak banyak yang dapat membayangkan bahwa Kiev mampu bertahan selama ini
REPUBLIKA.CO.ID, Perang Rusia-Ukraina telah memasuki tahun pertama. Tak banyak yang dapat membayangkan bahwa Kiev mampu bertahan selama ini menghadapi konflik terbuka dengan salah satu negara adidaya dan kekuatan nuklir dunia tersebut. Bantuan militer Barat menjadi faktor signifikan yang membuat Ukraina masih mampu meladeni Rusia hingga saat ini.
“Barat” dalam konteks ini merujuk pada anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa. Pada Desember 2022 lalu, lembaga think-tank Jerman, Kiel Institute for the World Economy (KIWE), merilis laporan berisi daftar pihak yang menyalurkan bantuan kepada Ukraina. Amerika Serikat (AS) menempati posisi teratas alias paling besar menyuplai bantuan.
Menurut KIWE, hingga Desember 2022 lalu, Washington telah memberikan bantuan sebesar 50,2 miliar dolar AS untuk Ukraina. Bantuan tersebut berbentuk keuangan, kemanusiaan, dan militer. Separuh dari total bantuan AS untuk Kiev berbentuk pasokan peralatan militer.
Di bawah AS, pihak kedua yang paling banyak memberikan bantuan untuk Ukraina adalah lembaga-lembaga Uni Eropa. Menurut KIWE, lembaga Uni Eropa seperti Bank Investasi Eropa, Komisi Uni Eropa, Dewan Uni Eropa, dan Fasilitas Perdamaian Eropa telah mengucurkan dana sebesar 35 miliar euro atau setara 36,8 miliar dolar AS untuk Kiev. Sebagian besar dalam bentuk bantuan keuangan.
Inggris menempati posisi ketiga dengan total bantuan untuk Ukraina sebesar 7,5 miliar dolar AS. Bantuan itu dijanjikan antara 24 Januari dan 20 November 2022. Jerman menyusul di posisi berikutnya dengan total bantuan sebesar 5,4 miliar euro. Kemudian posisi lima negara teratas yang memberikan bantuan untuk Ukraina ditutup oleh Kanada. Ottawa menyalurkan 3,7 miliar euro untuk Kiev.
Dua negara lain yang memberikan bantuan di atas 1 miliar euro untuk Ukraina adalah Prancis (1,4 miliar euro) dan Norwegia (1,2 miliar euro).
Barat sempat menghadapi situasi dilematis ketika Ukraina menyerukan mereka untuk mengirimkan bantuan tank tempur. Negosiasi alot terjadi di internal NATO. Terdapat kubu pro dan kontra.
Sebagian negara anggota NATO khawatir jika tank tempur dikirim ke Ukraina, hal itu dapat menyeret mereka lebih jauh ke dalam konflik dengan Rusia. Tank Leopard Jerman dan tank Abrams buatan AS merupakan dua tipe tank yang diperdebatkan untuk dikirim ke Ukraina. Namun Berlin dan Washington sama-sama enggan mengirimkan tank tersebut ke Kiev.
Setelah proses tarik-ulur cukup panjang, pada 25 Januari lalu Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan bahwa negaranya akan mengirimkan 14 tank Leopard 2 ke Ukraina. Negara-negara Eropa yang memiliki tank buatan Jerman tersebut dan ingin mengerahkannya ke Ukraina juga dapat mendapat restu dari Scholz. Langkah Jerman mengizinkan pengiriman Leopard 2 ke Ukraina terjadi berbarengan dengan keputusan Presiden AS Joe Biden mengirim 31 tank M1 Abrams untuk Kiev.
Menurut laporan BBC pada 18 Februari 2023 lalu, selain Jerman dan AS, Inggris pun turut mengirimkan 14 tank Challenger 2 ke Ukraina. Washington turut memasok Ukraina dengan kendaraan tempur lapis baja seperti Stryker dan Bradley. AS dan Inggris pun telah memberikan sistem rudal jarak jauh kepada Ukraina seperti Himars dan M142, yang menyerang target di belakang garis depan Rusia.
Beberapa negara NATO telah menyediakan howitzer dan senjata self-propelled. Sementara Turki menjual beberapa drone bersenjata Bayraktar TB2 ke Ukraina. AS dan sejumlah negara lainnya juga telah memasok sistem pertahanan udara seperti Patriot dan Starstreak untuk menembak jatuh rudal jelajah serta drone Rusia di atas Ukraina. Senjata anti-tank yang dipasok oleh AS dan Inggris, seperti Javelin dan Nlaw, sangat penting dalam menghentikan kemajuan Rusia di ibu kota Ukraina, Kiev, pada musim semi 2022.
Meski telah menerima banyak bantuan, Ukraina masih menginginkan hal lain, yakni jet tempur. Mereka menilai, kehadiran jet tempur dibutuhkan untuk misi pencegatan dan menyerang posisi Rusia. Namun hingga kini belum ada negara yang mau memenuhi permintaan Kiev tersebut. “Sejauh ini tidak ada negara yang berkomitmen untuk memasuk jet tempur,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dalam sebuah wawancara denagn grup media Jerman, Funke, 17 Februari 2023 lalu.
Kuleba mengungkapkan, negaranya tertarik dengan pesawat tempur dari AS, Inggris, Prancis, dan Jerman. Hal itu karena keempat negara tersebut memiliki kapasitas produksi dan armada terbesar. Pada Januari lalu, AS, Inggris, dan Jerman telah menyatakan tidak akan mengirimkan jet tempur ke Ukraina. Kendati demikian, Joe Biden mengungkapkan dia akan terus menjalin konsultasi dan koordinasi dengan Kiev.
Sementara Prancis masih belum mengesampingkan opsi pengiriman bantuan jet tempur untuk Kiev. Menurut Menteri Pertahanan Prancis Sebastian Lecornu, mengirim jet tempur ke Ukraina bukanlah hal tabu.
Pada 20 Februari 2023 lalu, Joe Biden melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina. Pada kesempatan itu dia mengumumkan paket bantuan militer baru senilai 500 miliar dolar AS untuk Ukraina. Bantuan tersebut akan mencakup rudal untuk sistem Himars (high mobility artillery rocket system), sistem rudal anti-tank Javelin, dan lainnya.
“Bersama-sama (dengan sekutu), kami telah memberikan hampir 700 tank dan ribuan kendaraan lapis baja, 1.000 sistem artileri, lebih dari 2 juta putaran amunisi artileri, lebih dari 50 sistem roket peluncuran canggih, sistem anti-kapal dan pertahanan udara, semua untuk membela Ukraina. Dan itu tidak termasuk setengah miliar dolar yang kami umumkan hari ini dan besok,” kata Biden dalam konferensi pers bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev, dikutip laman kantor berita Ukraina, Ukrinform.
Biden mengungkapkan, dalam paket bantuan terbaru, Ukraina akan dipasok dengan lebih banyak rudal, khususnya untuk sistem Himars dan anti-tank Javelin serta peralatan dan senjata militer. “Itu (paket bantuan) akan tiba kepada Anda,” ujar Biden.
Kendati demikian, dalam pidatonya Biden tak menyinggung tentang pengiriman jet tempur. Meski tak menyinggung tentang bantuan jet tempur, Volodymyr Zelensky tetap menyambut kunjungan mendadak Biden dan delegasinya ke Kiev.
Zelensky mengungkapkan, dia dan Biden sempat melakukan pembicaraan berdua saja. Setelah itu, terdapat format diskusi yang diperpanjang. “Itu adalah percakapan yang benar-benar mendekatkan kemenangan bersama kita dalam perang ini. Kita bisa dan harus membuat tahun ini, 2023, tahun kemenangan,” ujar Zelensky dalam konferensi pers.
Dia mengatakan, Biden merupakan presiden AS pertama yang berkunjung ke Ukraina dalam 15 tahun terakhir. “Kunjungan presiden AS ke Ukraina ini, yang pertama selama 15 tahun, adalah kunjungan terpenting dalam seluruh sejarah hubungan Ukraina-AS,” ucap Zelensky.
Sementara itu, Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak mengungkapkan, kunjungan Biden ke Kiev merupakan lawatan strategis. “Banyak masalah sedang diselesaikan, dan yang telah ditangguhkan akan dipercepat,” katanya.