Rusia-Ukraina Berebut Hening Cipta di DK PBB

Kedua negara bersaing meraih simpati untuk penghormatan korban perang.

AP Photo/John Minchillo
Pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), Jumat (24/2/2022)
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Peringatan satu tahun konflik Rusia-Ukraina tak hanya ditandai dengan terus saling adu senjata di medan perang. Dua belah pihak juga perang pengaruh dalam pertemuan di Dewan Keamanan (DK) PBB, New York, AS, pada Jumat (24/2) waktu setempat. 


Ketegangan sudah terlihat sebelum pertemuan di DK PBB dimulai. Rusia mempertanyakan mengapa Ukraina masuk dalam daftar negara yang bicara di forum itu. Lebih dramatis, di tengah pertemuan, kedua negara bersaing meraih simpati untuk penghormatan korban perang. 

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba lebih dulu bergerak.’’Akhirnya, pada hari yang pilu ini akibat kehilangan dan kerusakan yang dibuat Rusia, saya meminta semua mengheningkan cipta selama satu menit, menghormati para korban agresi.’’

Kuleba berdiri, mengheningkan cipta. Setiap orang yang hadir kemudian melakukan apa yang diminta Kuleba. Tak lama setelah Kuleba duduk kembali, Dubes Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia meminta hal yang sama. 

‘’Mari kita berdiri, menghormati semua korban atas apa yang terjadi di Ukraina sejak 2014, untuk semua yang telah kehilangan nyawa,’’ kata Nebenzia. Ini mengacu klaim Rusia, konflik kedua negara bermula setelah presiden Ukraina dukungan Rusia dijatuhkan lewat aksi massa pada 2014.

Rusia lalu meresponsnya dengan menganeksasi Semenanjung Krimea, berlanjut ke Donbas. Sebuah wilayah di bagian timur Ukraina yang mayoritas penduduknya berbicara bahasa Rusia.

Setelah mengajak mengheningkan cipta, Nebenzia dan sejumlah diplomat Rusia berdiri. Lambat laun, setelah sejenak berpikir, sejumlah peserta pertemuan DK PBB berdiri hingga kemudian semua hadirin berdiri mengheningkan cipta kembali selama satu menit. 

Menuding Malta

Terkait masuknya Ukraina ke daftar negara yang berbicara di pertemuan DK PBB, Nebenzia menuding Malta yang saat ini menjabat presiden DK PBB. Menurut Nebenzia, Malta melakukan itu sebagai bagian dari proyek geopolitiknya. 

Ia pun keberatan setelah melihat daftar ternyata 14 menteri luar negeri dari Eropa masuk sebagai pembicara. Ini di luar Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell. ‘’Mereka punya posisi yang sama dan tak akan menambah nilai tambah,’’ tegas Nebenzia.

Namun, Menlu Malta Ian Borg melayangkan argumennya. Ia menegaskan para menlu negara Eropa itu terbang ke New York dan meminta untuk bicara itu wajar.’’Mereka merasa negaranya terdampak langsung perang Rusia-Ukraina.’’

 

 

 

sumber : ap
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler