Putin Sebut Barat Ingin Hancurkan Rusia
Konfrontasi dengan Barat atas perang Ukraina disebut sebagai pertempuran eksistensial
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Vladimir Putin menyebut konfrontasi dengan Barat atas perang Ukraina sebagai pertempuran eksistensial untuk kelangsungan hidup Rusia dan rakyatnya. Putin mengatakan, dia terpaksa memperhitungkan kemampuan nuklir NATO.
Setahun sejak memerintahkan invasi ke Ukraina, Putin semakin menampilkan perang sebagai momen penentu atau penghancur dalam sejarah Rusia. Putin mengatakan, dia yakin masa depan Rusia dan rakyatnya berada dalam bahaya.
"Mereka memiliki satu tujuan yaitu untuk membubarkan bekas Uni Soviet dan bagian fundamentalnya yaitu Federasi Rusia," kata Putin kepada televisi negara Rossiya 1 dalam wawancara yang direkam pada Rabu (22/2/2023) tetapi dirilis pada Ahad (26/2/2023).
Putin mengatakan, Barat ingin membagi Rusia kemudian mengendalikan produsen bahan mentah terbesar di dunia. Menurut Putin, langkah ini dapat menyebabkan kehancuran banyak orang Rusia termasuk mayoritas etnis Rusia.
"Saya bahkan tidak tahu apakah kelompok etnis seperti orang Rusia akan mampu bertahan dalam bentuk yang ada saat ini," kata Putin.
Putin mengatakan, rencana Barat telah dituangkan di atas kertas. Amerika Serikat (AS) membantah ingin menghancurkan Rusia. Sementara Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa konflik antara Rusia dan NATO dapat memicu Perang Dunia Ketiga.
Putin mengatakan bantuan militer AS dan Eropa senilai puluhan miliar dolar untuk Ukraina menunjukkan bahwa Rusia sekarang berhadapan dengan NATO. Ini adalah mimpi buruk Perang Dingin bagi para pemimpin Soviet dan Barat.
Putin dapat mempersiapkan orang-orang Rusia untuk terlibat konflik yang jauh lebih dalam. Doktrin nuklir resmi Rusia mengizinkan penggunaan senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah massal lainnya jika keamanan negara terancam.
Putin telah mengisyaratkan dia siap untuk menghapus arsitektur kontrol senjata nuklir termasuk moratorium negara-negara besar pada uji coba nuklir, kecuali Barat mundur di Ukraina. Putin telah menangguhkan perjanjian kontrol senjata nuklir yang penting. Dia juga mengumumkan bahwa sistem strategis baru telah ditempatkan dalam tugas tempur. Putin memperingatkan bahwa Moskow dapat melanjutkan uji coba nuklir.
Putin mengatakan, Rusia akan melanjutkan diskusi setelah senjata nuklir Prancis dan Inggris juga diperhitungkan. Rusia memiliki gudang hulu ledak nuklir terbesar di dunia. Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, hulu ledak nuklir Rusia lebih banyak ketimbang jumlah hulu ledak gabungan Amerika Serikat, Prancis dan Inggris.
"Dalam kondisi saat ini, ketika semua negara NATO terkemuka telah menyatakan tujuan utama mereka untuk menimbulkan kekalahan strategis pada kita, sehingga rakyat kita menderita seperti yang mereka katakan, bagaimana kita bisa mengabaikan kemampuan nuklir mereka dalam kondisi seperti ini?," kata Putin.