Fobia Kucing dan Terapi Berbasis Virtual Reality, Apa Hubungannya?
Metode ini bertujuan untuk memudahkan terapi dan penanganan pasien.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Campur tangan teknologi dalam segala lini memang tak bisa dihindari lagi. Berbagai metode dikembangkan dengan basis teknologi untuk mempermudah manusia melakukan aktivitasnya termasuk di bidang terapi pada pasien.
Metode dengan basis teknologi juga termasuk hal yang sedang dikembangkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Salah satunya dibuktikan melalui terapi berbasis virtual reality. Metode ini bertujuan untuk memudahkan terapi dan penanganan pasien.
Sebagai langkah awal perkembangan teknologi virtual reality pada dunia psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan lokakarya dengan mendatangkan pakar psikoteknologi ternama, Aulia Iskandarsyah. Dalam kajian tersebut, dia membahas mengenai seberapa jauh capaian dari teknologi untuk dunia psikologi.
Menurut Aulia, manusia tidak bisa lepas dari gawai yang ada di tangannya. Maka, sudah seharusnya teknologi menyasar berbagai bidang termasuk psikologi. Dia menerangkan, psikoteknologi dapat diterapkan pada pengguna umum terkecuali populasi rentan seperti lansia serta anak-anak di bawah 17 tahun.
Aulia menyampaikan psikologi dapat dikembangkan dalam teknologi virtual reality (VR). Salah satunya dengan mengatur skenario yang bisa dirasakan oleh manusia.
Menurut dia, psikoteknologi bisa diterapkan ke banyak orang. Bahkan pada mereka yang belum didiagnosis memiliki trauma terkait. "Namun sudah memiliki kecenderungan yang mengarah ke gangguan tersebut," jelasnya.
Selanjutnya, para pakar dapat melakukan banyak hal. Misalnya seperti kuesioner, mengecek masalah fungsi low, moderate atau high-nya, dan lain sebagainya.
Adapun teknologi VR untuk psikologi di UMM sudah dikembangkan dan saat ini berjalan 80 persen. Pengerjaannya juga sudah dilakukan sejak enam bulan lalu. Salah satu contoh skenarionya adalah menggunakan basic video reality, di mana pengguna diajak untuk melihat secara 360 derajat keadaan yang ditakutinya. Dengan pelatihan ini, diharapkan para pasien akan menjadi lebih tenang dan rileks.
Di samping itu, canggihnya teknologi virtual reality juga mempunyai efek samping bagi penggunaannya. Salah satunya, yakni migrain yang diakibatkan oleh durasi penggunaan yang terlalu lama. Maka itu, perlu adanya standar prosedur beroperasi yang jelas sehingga penggunaan VR di dunia psikologi dapat lebih maksimal. "Seperti yang kita lihat, teknologi masih belum banyak dikembangkan khususnya di daerah Malang,” ungkap Kepala Laboratorium Psikologi UMM, Adhiyatman Prabowo dalam pesan resmi yang diterima Republika.
Menariknya, inovasi ini akan dikembangkan spesifik pada kasus penderita fobia kucing. Terkait fobia kucing yang digunakan secara spesifik, Adhiyatman menjelaskan, banyak masyarakat Indonesia yang memiliki fobia akan kucing. Dengan begitu, akan ada upaya yang lebih futuristik dalam menanganinya.
Baca juga : Dekan FKUI Tanggapi Video Jerome Polin dan Dua Koas