Digitalisasi Pertanian untuk Membantu Petani Kecil
Petani kecil yang tidak mendapatkan keuntungan sepadan, perlu dukungan data digital agar memiliki akses pasar yang lebih baik.
FAO bekerja sama erat dengan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan strategi digitalisasi pertanian di Indonesia. Namanya “Strategi Nasional E-agriculture”. Tujuannya untuk memanfaatkan sumber daya data dan informasi di sektor pertanian untuk kepentingan petani kecil.
FAO Representasi Indonesia, dalam rilisnya menilai, petani kecil Indonesia yang selalu bekerja keras, namun belum menerima pembagian keuntungan yang setara dengan kerja keras mereka. Saat ini, sektor pertanian di Indonesia menyumbang sekitar 14 persen dari PDB nasional. Hampir 45 persen penduduk tinggal di daerah pedesaan, dan lebih dari 90 persen penduduk ini bekerja di sektor pertanian sebagai petani kecil. Lahan pertanian mencapai 32 persen dari total luas lahan negara,
“Saya mengapresiasi strategi nasional e-agriculture yang bertujuan memberikan fasilitasi instrumen yang sangat dibutuhkan kementerian untuk mempercepat pembangunan pertanian kita di hulu, on farm, dan pascapanen, agar petani memperkuat posisinya di industri pertanian," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Dr Kasdi Soebagyono dalam sambutannya pada acara peluncuran Strategi Nasional e-Agriculture di Yogyakarta, Selasa (28/2/2023).
Roadmap Strategi Nasional e-Agriculture menyebutkan, antara lain, Indonesia pada 2027 akan memiliki basis data terintegrasi untuk lahan pertanian dan petani. Hal itu sekaligus menyediakan sistem peringatan dini digital untuk bencana yang mengancam produksi pertanian. Termasuk pula untuk menjalankan sistem pengumpulan, ekstraksi, dan analisis data pertanian.
Data luas lahan yang digarap, produktivitas, jalur pemasaran, diversifikasi harga komoditas konsumsi, dan keamanan pangan merupakan beberapa contoh parameter data dalam produksi pertanian yang sangat dibutuhkan oleh pengambil kebijakan. Data yang komprehensif tersebut dapat mempercepat pengembangan early warning system (EWS), yang pada akhirnya yang dapat mengurangi dampak bencana tertentu di suatu negara.
“Digitalisasi akan menghasilkan data yang terpercaya dan platform bagi para pembuat keputusan untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran,” kata Perwakilan FAO Rajendra Aryal di Indonesia dan Timor Leste. Data real time yang dikumpulkan akan memudahkan petani mendapatkan akses pasar.
Digitalisasi Pertanian juga merupakan cara untuk menarik kaum muda untuk terlibat dalam bisnis pertanian. “Digitalisasi adalah masa depan, dan masa depan sekarang adalah untuk memberdayakan perempuan, laki-laki, dan pemuda di bidang pertanian," ujar Rajendra.
Salah satu inti dari solusi digital di dalam “Strategi Nasional e-Agriculture” adalah basis data yang andal untuk pengambailan keputusan. Hal ini dituangkan dalam sistem Data Collection Platform (DCP) yang dapat menyusun data pertanian dari berbagai sumber dan system. DCP berbasis web dan mobile yang dapat merekam data secara real time dibuat oleh Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Kementerian Pertanian, dan FAO. Data yang telah dikumpulkan dan disusun oleh DCP di lapangan menghubungkan data real time dengan Agriculture War Room (AWR) Kementan di Jakarta.
“Begitu data tersedia, penerapan solusi elektronik lainnya relatif mudah diikuti dan diintegrasikan. Implementasi e-solution untuk setiap daerah akan dilakukan secara selektif berdasarkan kebutuhan daerah, ketersediaan infrastruktur, dan kearifan lokal,” tambah Rajendra.
Ma Roejan
Sumber: Rilis FAO Representation in Indonesia.