CIA: Sindrom Havana Mungkin Bukan Disebabkan Kekuatan Asing

Ratusan kasus cedera otak dan gejala lain yang dilaporkan oleh personel intelijen AS.

overthinkingit.com
Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan intelijen Amerika Serikat (AS) menyatakan pada Rabu (1/2/2023), tidak dapat menghubungkan insiden sindrom Havana dengan musuh asing. Ratusan kasus cedera otak dan gejala lain yang dilaporkan oleh personel intelijen AS di seluruh dunia dan dikenal dengan sindrom Havana.

Baca Juga


Pejabat intelijen AS meragukan kecurigaan lama oleh banyak orang yang melaporkan bahwa Rusia atau negara lain mungkin telah menjalankan misi yang menyebabkan sindrom tersebut. Sebagian besar kasus yang diselidiki tampaknya memiliki penyebab yang berbeda.

Dua pejabat yang mengetahui penilaian tersebut memberi informasi dengan syarat anonim, penyelidik meninjau sekitar 1.500 kasus di 96 negara. Banyak dari kasus itu, kata para pejabat, telah dikaitkan dengan penjelasan potensial selain dari kampanye asing.

Beberapa faktor seperti penyakit medis, sistem AC dan ventilasi yang tidak berfungsi, atau gelombang elektromagnetik yang berasal dari perangkat jinak seperti mouse komputer. Beberapa orang mungkin datang untuk melaporkan gejala berdasarkan kondisi yang didengar tentang kasus lain atau laporan media yang lengkap tentang sindrom Havana.

Kelompok inti sekitar dua lusin kasus yang diidentifikasi dalam penilaian sementara yang diterbitkan tahun lalu telah dipelajari secara mendalam. Tak satu pun dari kasus itu terkait dengan serangan oleh musuh.

Para pejabat mengatakan, mereka belum menemukan penjelasan tunggal untuk sebagian besar atau semua laporan tersebut. Penyelidik menemukan tidak ada bukti yang kredibel, bahwa musuh mana pun telah memperoleh senjata yang dapat menyebabkan gejala yang dilaporkan atau alat pendengar yang mungkin secara tidak sengaja melukai orang.

Justru ada bukti bahwa negara asing tidak terlibat. Dalam beberapa kasus, AS mendeteksi kebingungan di antara pemerintah musuh tentang tuduhan dan kecurigaan bahwa sindrom Havana adalah skenario yang dibuat AS.

Pemerintahan Joe Biden berada di bawah tekanan untuk menanggapi kasus sindrom Havana dari personel pemerintah yang melaporkan cedera, termasuk anggota Kongres.

Biden pada 2021 menandatangani undang-undang Havana Act. Aturan ini memberikan kompensasi kepada orang-orang yang dianggap mengalami cedera sesuai dengan insiden kesehatan yang tidak wajar.

"Tidak ada yang lebih penting daripada kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja kita,” kata Direktur Senior program intelijen Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Maher Bitar.

Orang yang terkena dampak telah melaporkan sakit kepala, pusing, dan gejala lain yang sering dikaitkan dengan cedera otak traumatis. Beberapa pegawai AS telah meninggalkan pekerjaan di pemerintahan karena parahnya gejala yang dirasakan.

“Sejak dimulainya Pemerintahan Biden-Harris, kami berfokus untuk memastikan bahwa kolega kami memiliki akses ke perawatan dan dukungan yang mereka butuhkan," ujar Bitar.

Kasus sindrom Havana berasal dari serangkaian cedera otak yang dilaporkan pada 2016 di Kedutaan Besar AS di Kuba. Insiden telah dilaporkan oleh diplomat, petugas intelijen, dan personel militer di wilayah Washington dan global.

Rusia telah lama dicurigai oleh beberapa perwira intelijen menggunakan perangkat energi terarah untuk menyerang personel AS. Tapi Badan Intelijen Pusat AS (CIA) tahun lalu mengatakan, Rusia atau musuh asing lainnya tidak mungkin menggunakan gelombang mikro atau bentuk energi terarah lainnya untuk menyerang pejabat AS.

Badan tersebut telah menghadapi kritik dari yang telah melaporkan kasus dan dari advokat yang menuduh pemerintah telah lama mengabaikan berbagai penyakit. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler