Sapi Wagyu Halal yang Makin Diminati
Sekarang makin tinggi minat pada daging seperti wagyu yang diproduksi secara etis.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Popularitas daging sapi Wagyu halal mengalami peningkatan yang signifikan di pasar global. Peningkatan ini didorong oleh semakin besarnya konsumen Muslim dan semakin tingginya minat terhadap daging berkualitas tinggi yang diproduksi secara etis.
Sapi Wagyu halal merupakan daging sapi Wagyu yang diproduksi sesuai kaidah-kaidah kehalalan dalam Islam. Sapi Wagyu yang akan disembelih juga harus diperlakukan dengan baik dan tak boleh sampai merasakan sakit.
Agar tak merasakan sakit, proses penyembelihan harus menggunakan pisau yang tajam. Pisau ini harus mengenai vena jugularis dan arteri karotis sapi Wagyu dalam satu kali sayatan. Selama proses penyembelihan berlangsung, seluruh sapi juga harus diperhatikan agar tak merasa stres atau tersiksa.
Setelah sapi disembelih, daging sapi Wagyu akan menjalani proses dry aging selama beberapa pekan untuk meningkatkan cita rasa dan kelembutan teksturnya. Proses ini bisa dilakukan dengan cara menggantung daging di lingkungan yang kering dan rileks.
Proses tersebut dibutuhkan agar enzim dapat memecah jaringan otot pada daging sapi Wagyu, sehingga daging bisa terasa lebih lembut. Setelah melalui serangkaian proses ini, daging sapi Wagyu akan diolah oleh tukang daging terlatih dan chef berpengalaman, lalu disajikan kepada konsumen.
Menurut laporan State of the Global Islamic Economy, pasar makanan Halal diperkirakan akan mencapai 2,4 triliun dolar AS atau sekitar Rp 36.667 triliun pada 2024. Salah satu segmen yang mengalami pertumbuhan tercepat adalah pasar daging halal, dengan proyeksi pertumbuhan mencapai 6,2 persen per tahun.
Uniknya, popularitas daging sapi Wagyu halal tak hanya meningkat di kalangan konsumen Muslim. Produk ini juga mengalami peningkatan popularitas di antara konsumen non Muslim yang berminat terhadap daging berkualitas tinggi dan diproduksi secara etis.
Seperti dilansir Halal Times, konsumen semakin tertarik untuk mengetahui asal makanan mereka dan bersedia untuk membayar harga premium untuk produk yang diproduksi secara humanis dan berkelanjutan.