Inflasi Masih Tinggi Buat The Fed Lanjutkan Kenaikan Suku Bunga

Kebangkrutan SVB dan Signature membuat The Fed berada dalam posisi sulit.

Wikimedia Commons
Kantor The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat. Inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) turun tipis pada Februari 2023 namun tetapi tetap tinggi berdasarkan data pemerintah yang dirilis pada Selasa (14/3/2023). Hal itu menambah tekanan pada Federal Reserve karena mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Rep: Rahayu Subekti Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) turun tipis pada Februari 2023 namun tetapi tetap tinggi berdasarkan data pemerintah yang dirilis pada Selasa (14/3/2023). Hal itu menambah tekanan pada Federal Reserve karena mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Baca Juga


Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan indeks harga konsumen (CPI) AS naik enam persen dari tahun lalu di bawah angka Januari 2023. Meskipun itu adalah kenaikan tahunan terkecil sejak September 2021, level tersebut tetap jauh di atas target dua persen jangka panjang pembuat kebijakan.

"Indeks tempat berlindung adalah kontributor terbesar menyumbang lebih dari 70 persen kenaikan," kata Departemen Tenaga Kerja dalam sebuah pernyataan dikutip dari Zawya, Selasa (14/3/2023).

Bank sentral AS telah melakukan kampanye agresif untuk menjinakkan inflasi, menaikkan suku bunga delapan kali sejak awal tahun lalu untuk mengurangi permintaan. Sementara Ketua Fed Jerome Powell mengatakan awalnya bank sentral siap untuk meningkatkan laju kenaikan suku bunga karena data ekonomi semakin panas.

Kebangkrutan Silicon Valley Bank dan Signature Bank menandai kegagalan perbankan terbesar sejak krisis keuangan global 2008. Hal itu membuat The Fed berada dalam posisi yang sulit karena berusaha melawan inflasi tanpa menambah kekalahan berkelanjutan dari beberapa saham perbankan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler