Iran Bidik Normalisasi Diplomatik dengan Bahrain

Pada 10 Maret lalu, Iran dan Arab Saudi mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik.

en.mehrnews.com
hubungan diplomatik Iran dan Bahrain (ilustrasi)
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemerintah Iran sedang mengerahkan upaya untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Bahrain. Hal itu menyusul keberhasilan Teheran mencapai kesepakatan pemulihan hubungan dengan Arab Saudi.

Baca Juga


“Kesepakatan dicapai dua bulan lalu untuk delegasi teknis Iran dan Bahrain mengunjungi kedutaan kedua negara,” kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, dilaporkan kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA), Ahad (19/3/2023).

Dia berharap tidak ada hambatan dalam upaya dan proses pemulihan hubungan dengan Bahrain. "Kami berharap beberapa hambatan antara Teheran dan Manama akan dihilangkan dan kedua belah pihak akan mengambil langkah dasar untuk membuka kembali kedutaan,” ujar Amirabdollahian.

Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil sebagai bentuk dukungan pada Arab Saudi yang terlebih dulu menutup hubungannya dengan Teheran. Kala itu, keputusan mengakhiri hubungan dengan Iran sebagai respons atas aksi penggerudukan Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran oleh massa demonstran yang memprotes keputusan Riyadh mengeksekusi mati ulama Syiah, Nimr al-Nimr.

Pada 10 Maret lalu, Iran dan Arab Saudi mengumumkan tentang pemulihan hubungan diplomatik antara kedua negara. Kesepakatan itu tercapai setelah perwakilan Teheran dan Riyadh menggelar pembicaraan di Beijing, Cina. Negeri Tirai Bambu bertindak sebagai mediator dalam proses tersebut.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, pemulihan hubungan dengan Iran menegaskan komitmen kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog.

“(Kesepakatan pemulihan hubungan) berfungsi sebagai bukti keinginan bersama kami untuk menyelesaikan (perbedaan) melalui komunikasi dan dialog, melalui cara damai dan instrumen diplomatik,” kata Pangeran Faisal dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Al-Sharq Al-Awsat, dilaporkan laman Al Arabiya, 13 Maret lalu.

Dia mengungkapkan, Iran dan Saudi adalah negara tetangga yang memiliki banyak benang merah, seperti agama, budaya, dan sejarah. Terkait pemulihan hubungan yang baru tercapai, Pangeran Faisal berharap dapat segera bertemu dengan menteri luar negeri Iran.

“Kami sedang mempersiapkan untuk melanjutkan hubungan diplomatik antara negara kami dalam dua bulan ke depan dan wajar jika kami bertukar kunjungan pada masa mendatang,” ujarnya.

“Kami di Kerajaan (Saudi) berharap membuka babak baru dengan Iran serta meningkatkan prospek kerja sama dengan cara yang berdampak positif pada penguatan keamanan dan stabilitas, serta kemajuan pembangunan dan kemakmuran, tidak hanya di kedua negara kami, tapi di wilayah secara keseluruhan,” ujar Pangeran Faisal menambahkan.

Meski telah ada kesepakatan pemulihan hubungan, Pangeran Faisal menekankan, hal itu tidak serta merta menuntaskan semua perbedaan antara Saudi dan Iran. Terkait hal itu, dia menyinggung tentang program nuklir Iran. Menurut Pangeran Faisal, Saudi masih memiliki keprihatinan atas program nuklir negara tetangganya tersebut.

“Sehubungan dengan pengembangan kemampuan nuklir Iran yang berkelanjutan, ini tidak diragukan lagi menjadi perhatian kami, dan kami mengulangi seruan kami agar wilayah Teluk dan Timur Tengah bebas dari senjata pemusnah massal. Kami menyerukan Iran untuk berkomitmen pada kewajiban nuklirnya dan meningkatkan kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional. Kami akan terus bekerja dengan sekutu dan rekan untuk memastikan hal ini,” kata Pangeran Faisal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler