Baru Debut, Google Bard Sudah Ribut Urusan Iklan
Bard tampaknya bersimpati dengan Departemen Kehakiman AS dalam gugatan antimonopoli.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Google merilis produk yang menyaingi ChatGPT dari OpenAI dan Microsoft, yaitu chatbot dengan kecerdasan buatan (AI) Google Bard yang baru saja debut. Menariknya, chatbot itu justru punya pandangan berseberangan dengan Google untuk urusan iklan.
Dalam tangkapan layar pada Selasa dari cuitan Jane Manchun Wong, seorang blogger teknologi yang berbasis di Hong Kong, Bard tampaknya bersimpati dengan Departemen Kehakiman AS (DOJ) dalam gugatan antimonopoli yang sedang berlangsung terhadap Google atas iklan digital.
“Gugatan Departemen Kehakiman terhadap Google merupakan langkah penting dalam melindungi persaingan dan memastikan bahwa konsumen memiliki akses ke pasar yang adil dan terbuka," jawab Bard, menurut tangkapan layar tanggapan yang diposting Wong, dikutip Insider, Rabu (22/3/2023).
Interaksi tersebut tampaknya menangani gugatan yang diajukan pada bulan Januari oleh DOJ dan sejumlah jaksa agung negara bagian. Keluhan perdata mereka pada dasarnya menyatakan Google berusaha keras untuk menguasai pengiklan digital dan membuat mereka bergantung padanya.
Google menanggapi mengatakan kasus pemerintah bermuara pada pemilihan pemenang dan pecundang di sektor teknologi periklanan yang sangat kompetitif.
"Tidak ada yang dipaksa untuk menggunakan teknologi periklanan kami. Mereka memilih untuk menggunakannya karena efektif. Faktanya, penerbit dan pengiklan biasanya bekerja dengan berbagai teknologi secara bersamaan untuk menjangkau pelanggan dan menghasilkan lebih banyak uang,” kata kata wakil presiden iklan global Google Dan Taylor pada Januari lalu.
Perwakilan Google mengatakan pernyataan bahwa bot AI seperti Bard dapat mencerminkan pandangan positif atau negatif dari politisi tertentu, selebritas, atau tokoh masyarakat lainnya. Bahkan, itu memasukkan pandangan dari sisi tertentu dari masalah sosial atau politik yang kontroversial ke dalam tanggapan mereka.
"Seperti yang telah kami katakan, Bard terkadang dapat memberikan informasi yang tidak akurat atau tidak pantas yang tidak mewakili pandangan Google. Bard tidak boleh menanggapi dengan cara yang mendukung sudut pandang tertentu pada topik subjektif," ujar dia.
Insider mengulangi pertanyaan Wong dalam pengujian Bard sendiri dan menerima tanggapan serupa. Bard menawarkan jawaban berbeda untuk pertanyaan yang sama disebut draf. Dalam berbagai versi tanggapannya, Bard mengulangi "Saya akan memihak Departemen Kehakiman dalam kasus ini."
Menurut beberapa pakar, termasuk chief technology officer OpenAI, Mira Murati, chatbot AI kadang-kadang dapat memberikan informasi yang salah secara faktual.