Lima Kiat Berpuasa Bagi Penderita Sakit Jantung
Dokter jantung berikan kiat berpuasa guna mendukung kelancaran ibadah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rio Probo Kaneko mengemukakan lima kiat berpuasa bagi penderita penyakit jantung guna mendukung kelancaran ibadah. "Kiat berpuasa bagi penderita jantung, yang pertama adalah mengomunikasikan dosis dan jam konsumsi obat kepada dokter jantung," kata dr Rio Probo Kaneko SpJP, FIHA dihubungi dari Jakarta, Jumat (31/3/2023).
Rio menjelaskan, penderita penyakit jantung yang ingin melaksanakan ibadah puasa sebaiknya tidak mengurangi dosis dan frekuensi minum obat jantung tanpa arahan dokter. Kedua, adalah perlunya membatasi asupan cairan dan garam agar tidak berlebihan, terutama pada pasien dengan kondisi pembengkakan jantung atau lemah jantung.
"Penderita penyakit jantung juga perlu menghindari konsumsi minuman seperti kopi dan minuman bersoda saat berbuka puasa, karena dapat mengakibatkan sulit tidur, sehingga kurang istirahat di malam hari dan menyebabkan penimbunan lemak pada tubuh," katanya.
Ketiga, adalah mengenai perlunya menghindari makanan tinggi lemak jenuh atau kolesterol. Keempat, pasien jantung dapat berpuasa, bila faktor risiko penyakit dalam kategori rendah atau sedang.
"Misalkan penyakit hipertensi yang terkontrol yakni tensi di bawah 140/90 mmHg, penyakit gagal jantung yang tidak berat, penyakit katup jantung derajat ringan-sedang, gangguan irama jantung yang tidak berkelanjutan, atau hipertensi paru derajat ringan-sedang," katanya.
Kelima, bagi pasien jantung dengan risiko penyakit sangat tinggi seperti pada gagal jantung berat, serangan jantung koroner akut, hipertensi paru berat, dan terdapat hal yang mengancam nyawa maka disarankan untuk tidak berpuasa.
"Sebaiknya penderita penyakit jantung terlebih dulu melakukan pemeriksaan rutin dan mengomunikasikan dengan dokter untuk memastikan kondisi kesehatannya," katanya.
Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan bahwa bulan suci Ramadhan merupakan momentum yang baik untuk meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan mental.
Asisten Deputi Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kemenko PMK Nia Reviani mengatakan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah dan keutamaan bagi umat Islam. Nia menambahkan, salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS dalam kehidupan sehari-hari.