BMKG: Waspadai Dampak Hidrometeorologi, Apa Itu?
Masyarakat diminta waspada pada banjir hingga tanah longsor.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Padang Pariaman meminta masyarakat di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) agar lebih meningkatkan kewaspadaan terkait dampak hidrometeorologi yang dapat mengakibatkan bencana.
"Ketika intensitas hujan tinggi masyarakat harus mewaspadai potensi lanjutannya seperti dampak hidrometeorologi," kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Yudha Nugraha di Padang, Selasa.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hidrometeorologi merupakan suatu fenomena bencana yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi) atau lautan (oseanografi).
Beberapa dampak hidrometeorologi yang perlu diwaspadai masyarakat terutama yang bermukim atau tinggal di daerah rawan bencana seperti genangan air, banjir hingga tanah longsor.
Bencana alam tersebut berpotensi besar terjadi apabila tingkat atau intensitas curah hujan tergolong tinggi, dan terjadi dalam waktu yang cukup lama atau panjang.
Hal tersebut disampaikan Yudha mengingat selama beberapa hari ke depan Provinsi Sumbar diperkirakan masih berpotensi diguyur hujan dengan intensitas tinggi. "Lebih khusus lagi Stasiun Meteorologi Minangkabau melihat masih terdapat potensi hujan pada saat malam hari," kata dia menjelaskan.
Wilayah yang berpotensi diguyur hujan pada saat malam hari tersebut di antaranya Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Solok hingga Kabupaten Solok Selatan.
Untuk diketahui, di wilayah Sumatera Barat puncak hujan terjadi sebanyak dua periode setiap tahunnya. Periode pertama antara Maret hingga April dan puncak kedua diperkirakan terjadi November hingga Desember. "Itu kondisi dimana wilayah Sumatera Barat menerima frekuensi dan intensitas hujan tinggi dalam satu bulannya," kata Nugraha.