Raja Salman Undang Presiden Iran Berkunjung ke Arab Saudi

Riyadh dan Teheran diketahui telah menyepakati pemulihan hubungan diplomatik.

Dok Istimewa
Kesepakatan damai Arab Saudi dan Iran
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menerima undangan untuk mengunjungi Arab Saudi. Riyadh dan Teheran diketahui telah menyepakati pemulihan hubungan diplomatik awal Maret lalu.

Baca Juga


“Raja Salman (bin Abdulaziz) dari Arab Saudi telah mengundang Presiden (Raisi), dan ada tanggapan positif atas undangan ini. Mudah-mudahan hal baik akan terjadi,” kata Wakil Presiden Iran Mohammed Mokhber, Selasa (4/4/2023), dilaporkan Mehr News Agency.

Mokhber tak mengungkap kapan kira-kira Raisi akan memenuhi undangan tersebut. Dia hanya mengatakan bahwa kerja sama dan peningkatan hubungan dengan negara-negara di kawasan telah menjadi prioritas utama pemerintahan Raisi.

Akhir bulan lalu Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan telah melakukan pembicaraan via telepon dengan Menlu Iran Hossein Amirabdollahian. Mereka pun sepakat untuk melakukan pertemuan bilateral sebelum bulan Ramadhan berakhir.

“Selama panggilan telepon, sejumlah masalah umum dibahas dengan perjanjian tripartit yang ditandatangani di Republik Rakyat Cina. Kedua menteri juga sepakat mengadakan pertemuan di antara mereka selama bulan Ramadhan yang sedang berlangsung,” demikian bunyi laporan kantor berita Arab Saudi, Saudi Press Agency (SPA), dalam laporannya, 27 Maret lalu.

SPA tak memberi keterangan terkait tanggal dan lokasi pertemuan bilateral antara kedua menlu tersebut. Namun karena disebutkan bahwa pertemuan bakal diadakan saat Ramadhan, artinya Pangeran Faisal dan Amirabdollahian akan bertemu sebelum memasuki pekan ketiga bulan April mendatang.

Sejumlah pejabat Saudi mengungkapkan, pertemuan Pangeran Faisal dan Amirabdollahian merupakan langkah lanjutan dari kesepakatan rekonsiliasi yang telah dicapai Saudi dengan Iran. Pada 10 Maret lalu, Iran dan Arab Saudi mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik antara kedua negara. 

Kesepakatan itu tercapai setelah perwakilan Teheran dan Riyadh menggelar pembicaraan di Beijing, Cina. Negeri Tirai Bambu bertindak sebagai mediator dalam proses tersebut.

Pangeran Faisal mengatakan, pemulihan hubungan dengan Iran menegaskan komitmen kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog. Namun meskipun telah menyepakati kesepakatan pemulihan hubungan, Pangeran Faisal menekankan, hal itu tidak serta merta menuntaskan semua perbedaan antara Saudi dan Iran. 

Terkait hal itu, dia menyinggung tentang program nuklir Iran. Menurut Pangeran Faisal, Saudi masih memiliki keprihatinan atas program nuklir negara tetangganya tersebut.

Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa. Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler