Dapat Restu OJK, MBMA Tetapkan Harga IPO Rp 795 per Lembar Saham

MBMA menetapkan harga pelaksanaan IPO sebesar Rp 795 per saham.

Istimewa
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), resmi mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melanjutkan proses pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), resmi mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melanjutkan proses pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). MBMA menetapkan harga pelaksanaan IPO sebesar Rp 795 per saham.

Baca Juga


Presiden Direktur MBMA Devin Ridwan, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/4/2023), menuturkan, harga IPO tersebut merupakan level tertinggi dari penawaran saham IPO MBMA yang ditetapkan pada rentang harga Rp 780–Rp 795 per saham.

MBMA akan menawarkan sebanyak 11 miliar saham baru yang dikeluarkan dari portepel perusahaan atau 10,24 persen dari total saham perusahaan. Penawaran dapat ditingkatkan menjadi maksimal sebanyak 12,1 miliar saham atau 11,14 persen dari total saham perusahaan pada saat IPO.

Dengan demikian, MBMA berpotensi meraih dana segar minimum sebesar Rp 8,75 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar saham sekitar Rp 85 triliun.

"Penawaran umum perdana saham akan berlangsung pada 12-14 April 2023. Distribusi saham secara elektronik akan dilakukan pada 17 April dan pencatatan efek di bursa atau listing diperkirakan pada 18 April 2023," kata dia.

Devin menilai, besarnya penawaran saham yang masuk menandakan, investor sangat optimistis dengan prospek bisnis hilirisasi tambang nikel dan pengembangan rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik yang dikembangkan oleh MBMA.

Lebih lanjut, dalam IPO tersebut, MBMA telah menetapkan Penjamin Emisi Efek PT Indo Premier Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT UBS Sekuritas Indonesia, PT Macquarie Sekuritas Indonesia, PT Sucor Sekuritas, PT Aldiracita Sekuritas Indonesia dan PT Ciptadana Sekuritas Asia.

Melalui PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), MBMA memiliki tambang yang merupakan salah satu sumber daya dengan kandungan nikel terbesar di dunia.

 

Kandungan nikel di tambang SCM mencapai lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22 persen Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08 persen Co.

Kapasitas produksi tambang SCM tersebut diperkirakan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024 dan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku nikel hingga 20 tahun ke depan.

Devin mengatakan, untuk mengoptimalkan aset strategis tersebut, MBMA akan terus membangun dan mengembangkan berbagai infrastruktur yang merupakan rantai nilai hilirisasi nikel hingga menjadi bahan baku EV battery.

Pengoperasian dan pengembangan berbagai proyek strategis tersebut tersebut melibatkan berbagai grup bisnis yang merupakan pemain global terdepan dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, seperti grup Tsingshan, Huayou, serta CATL.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler