Ramadan Camp, Cara Kreatif Muslim Amerika Ajarkan Islam ke Anak

Ramadan Camp mengenalkan Islam dan menjangkau anak-anak Muslim di seluruh dunia.

AP Photo/Abbie Parr
Amin Aaser, kiri, tampil bersama istrinya, Sana dan putrinya, Kauthar Noor, di siaran langsung malam Ramadan Camp, Kamis, 13 April 2023, di Brooklyn Park, Minnesota, AS. Ini adalah program interaktif online gratis bernama Noor Kids Ramadan Camp untuk anak-anak Muslim usia 5-12 tahun dari negara-negara di seluruh dunia. Ramadan Camp, Cara Kreatif Muslim Amerika Ajarkan Islam ke Anak
Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, BROOKLYN -- Menjadi seorang Muslim di negeri minoritas Islam tidaklah mudah. Salah satu hal yang sulit adalah menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri terhadap identitas budaya Islam dan bagaimana makna menjadi Muslim itu sendiri.

Baca Juga


Untuk itu diperlukan pengajaran dan pengenalan budaya Islam yang baik dimulai dari generasi yang paling kecil. Muslim di Minnesota, Amerika Serikat menggelar Ramadan Camp guna menjangkau anak-anak Muslim di seluruh dunia.

Amin Aaser mengingat sebagai seorang anak yang tumbuh di Minnesota, keyakinannya sering membuatnya merasa seperti orang luar. Diminta untuk mengikuti praktik dan prinsipnya, terkadang terasa seperti pergi ke dokter gigi.

Kenangan itu adalah bagian dari apa yang mendorong Aaser yang saat ini merupakan seorang ayah seorang putri berusia lima tahun dan seorang putra berusia dua tahun, untuk menghabiskan Ramadhan dengan menjalankan Ramadan Camp secara daring.

Hal ini dilakukan cukup interaktif untuk anak-anak Muslim usia 5-12 sepanjang tahun di berbagai negara. Noor Kids Ramadan Camp dimulai dua tahun lalu selama pandemi Covid-19. Dan tahun ini peserta yang mengikutinya sekitar 90 ribu keluarga telah mendaftar. Sekitar 3.000 keluarga bergabung setiap malam.

"Perkemahan disiarkan langsung dari gudang di Taman Brooklyn yang dirancang menyerupai rumah pohon. Anak-anak menghabiskan antara 30 menit dan satu jam mendengarkan cerita, bermain gim, membuat proyek, mendengarkan pembicara tamu dan berbagi doa," kata dia, Senin (17/4/2023).

 

 

Itu semua dimaksudkan untuk menemukan cara yang menyenangkan untuk membantu anak-anak belajar dan mendiskusikan prinsip-prinsip iman mereka saat bertemu dengan anak-anak Muslim lainnya di seluruh dunia. Aaser mengatakan Ramadhan adalah waktu terpenting dalam setahun bagi umat Islam yang berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam sambil fokus pada perbaikan diri dan membangun iman mereka.

Adapun orang tua Muslim yang sibuk berpuasa seringkali berjuang membawa semangat Ramadhan ke dalam hati dan rumah mereka. Sehingga perkemahan itu dirancang untuk meringankan beban tersebut.

Anum Ahmad, ibu dari anak laki-laki berusia 6 tahun dan anak perempuan berusia 2 tahun di Toronto mengatakan Ramadan Camp telah menjadi ritual hampir setiap hari bagi keluarganya. Meskipun Toronto memiliki populasi Muslim yang besar, putranya bersekolah di sekolah umum hanya dengan satu anak Muslim lainnya.

"Itu membuat perbedaan besar baginya untuk melihat anak-anak lain seusianya, berbicara dengan istilah yang sama yang kita gunakan di rumah. Saya bisa melihat dari ekspresinya betapa senangnya dia melihat begitu banyak orang seperti dia di seluruh dunia. Untuk pertama kalinya saya melihat percikan yang terkait dengan identitas agamanya," kata dia.

Ramadan Camp merupakan kelanjutan dari misi Aaser sejak 2012 untuk membantu anak-anak Muslim memeluk agama mereka dan merasa diterima, khususnya di daerah di mana mereka adalah minoritas agama. Dia mengatakan sebagai seorang anak dia sangat malu ketika teman-temannya menertawakan jilbab ibunya saat dia bermain baseball.

Dia bahkan meminta sang ibu untuk menjemputnya 15 menit setelah pertandingan berakhir. Dan satu-satunya Muslim lain yang dia lihat ada di masjid atau di televisi.

 

Seiring bertambahnya usia, dia bertanya-tanya bagaimana dia dapat membantu anak-anak Muslim lainnya, termasuk keponakan dan dua anaknya untuk percaya diri dan menerima keyakinan Islam mereka. Pada 2012, dia dan saudara laki-lakinya, Mohammed, memulai Noor Kids, yang telah berkembang dengan menyediakan buku dan program online yang berpusat pada anak.

Program ini menekankan pada pembangunan karakter dengan cerita yang sesuai dengan usia tentang sifat-sifat seperti rasa syukur, ketahanan, dan keberanian. Pada 2016, setelah ibunya meninggal dan di tengah pemilihan presiden AS yang memecah belah, Aaser memutuskan meninggalkan karier di modal ventura dan bersama istrinya, dia fokus membangun merek Noor Kids. Saat ini, Noor Kids memiliki tim yang terdiri dari sekitar 15 orang di seluruh dunia, dengan sebagian besar terkonsentrasi di Brooklyn Park.

Ahmad mengatakan keluarganya telah membaca buku-buku Noor Kids selama bertahun-tahun karena mengandung analogi yang menjelaskan ajaran Islam dengan warna-warni yang menarik bagi anak-anak.

“Kadang-kadang ketika orang tua mencoba menjelaskan konsep yang sulit, itu mungkin menjadi sedikit seperti khutbah, jadi saya merasa saya mungkin tidak melakukannya dengan baik. Dan kadang kalau (putranya) mendengar ajaran dari orang yang menurutnya keren, seperti Amin, dampaknya bisa sangat berbeda. Penting untuk mendengarnya dari orang lain selain orang tua," ujar Aaser.

Dia mengatakan dirinya tidak ingin interaksi di Ramadan Camp terhenti ketika liburan berakhir pada akhir pekan ini. Sehingga Noor Kids meluncurkan Muslim Treehouse, yang akan menyediakan program dua kali seminggu untuk audiens mudanya. Dia berharap melalui Noor Kids dan program online itu, pihaknya dapat membangun masa depan yang lebih baik untuk anak-anak.

"Pikiran seorang anak adalah tempat perubahan dimulai, dan jika Anda dapat menanam benih karakter dan kewarganegaraan, harapan saya adalah hal itu akan terbayar bagi individu-individu ini dalam jangka panjang," ungkap dia.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler