Rekayasa Jalan Pemprov DKI Gagal, Putar Balik di Santa Dibuka, Macet Terurai

Warga menilai Pemprov DKI Jakarta kurang memperhatikan kondisi lapangan yang ada.

Republika/Eva Rianti
Kondisi kemacetan di Tl. Santa (E.32) Jalan Wolter Monginsidi, Kecamatan Kebayoran Baru, Jalan Santa, Jakarta Selatan, Senin (17/4/2023) pagi.
Rep: Eva Rianti Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- U-turn atau titik putar balik di persimpangan Santa, Jakarta Selatan kini dibuka. Keputusan itu diambil Dinas Perhubungan DKI imbas banyaknya protes yang dilayangkan masyarakat atas kemacetan yang makin parah di titik tersebut. Kondisi lalu lintas pun tak lagi separah saat penutupan u-turn.

Baca Juga


Pantauan Republika.co.id, Selasa (18/4/2023) pagi, kondisi jalanan di persimpangan Santa cenderung ramai lancar. Beton-beton yang sebelumnya terpasang telah dibuka.

Kendaraan dari arah Tendean ke arah Blok M bisa putar balik di persimpangan, sementara kendaraan dari arah Jalan Wijaya tak harus belok kiri, melainkan belok kanan untuk menuju ke arah Tendean. Kendaraan turut melenggang dengan lebih lengah melintasi jalan raya yang menjadi bekas pembongkaran trotoar di tengah-tengah persimpangan.

Pemandangan itu berbeda jauh dibandingkan dengan kondisi kemarin, pada Senin (17/4/2023) pagi saat diberlakukan penutupan u-turn. Kendaraan dari arah Tendean dilarang putar balik dan dari Jalan Wijaya tidak diperbolehkan belok kanan. Sehingga bergerak satu arah di Jalan Wolter Monginsidi, membuat kemacetan yang amat parah.

Nur (40 tahun), salah satu warga di sekitar kawasan Santa mengatakan, pembukaan u-turn dilakukan pada Senin (17/4/2023) malam. Hal itu membuat kondisi jalanan menjadi lebih lancar dibandingkan saat diterapkan penutupan u-turn. "Lancar pagi ini, enggak semacet kayak kemarin. Kemarin kan karena ditutup jadi macet," kata Nur saat ditemui Republika.co.id di sekitar kawasan Santa, Selasa (18/4/2023).

Nur mengungkapkan, secara kasat mata memang kemacetan parah yang terjadi beberapa hari terakhir di persimpangan Santa tidak lain lantaran penutupan u-turn. Kebijakan yang dicanangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut dinilai tidak mengatasi kemacetan sama sekali, sebaliknya justru menimbulkan tingkat kemacetan yang makin parah.

"Itu kan macet karena ditutup. Enggak efektif yang kemarin. Karena kalau lurus (satu arah di Jalan Wolter Monginsidi), banyak orang teriak-teriak (protes)," jelasnya.

Senada, warga lainnya, Adam (40) mengatakan, hari ini kemacetan berhasil terurai dengan kembali dibukanya u-turn. Kemacetan yang terjadi pada jam kerja pun kembali normal, tidak separah yang terjadi sepekan terakhir saat u-turn ditutup.

"Kemarin kan dampaknya sampai Slipi (Jakarta Barat) juga. Sesudah banyak yang protes baru diangkat tuh beton. Pagi ini sih macetnya biasa saja," ujar dia.

Adam menyebut, saat penutupan u-turn dilakukan, dirinya yang bergerak dari arah Slipi harus memakan waktu tiga jam untuk sampai di tempat kerjanya di kawasan persimpangan Santa. Padahal biasanya hanya memakan waktu 50 menit. Setelah u-turn kembali dibuka, dia bisa ke tempat kerjanya dengan lama perjalanan yang normal.

Menurut pendapat Adam, Pemprov DKI Jakarta kurang memperhatikan kondisi lapangan yang ada, dan secara seenaknya menerapkan penutupan u-turn. Padahal kebijakan itu, kata dia, merugikan masyarakat.

"Peraturan gila! Jangan seenaknya saja diatur-atur enggak jelas. Kemarin kan taman (trotoar di tengah) dijadiin aspal. Enggak ada gunanya juga diganti jadi aspal," jelas dia.

Adam meminta Pemprov DKI agar lebih matang dalam mengkaji tentang pemberlakuan penutupan u-turn atau rekayasa lalu lintas. Dia mewanti-wanti agar Pemprov memberlakukan aturan yang berguna untuk publik.

"Tolonglah bikin peraturan yang berguna untuk masyarakat, jangan mikirin diri pribadi, kan dampaknya orang banyak. Pengguna jalan ribuan loh, otaknya dimana coba. Seharusnya kan ada tolak ukurnya, ini sekarang dibuka baik-baik saja kok enggak ada masalah,\" ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler