Ekonom Jelaskan Penyebab Positifnya Kinerja Perbankan di Kuartal I 2023
Ekonomi Indonesia terbilang stabil setelah PPKM dicabut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute of Socia Economic and Digital (ISED) dan Associate Faculty LPPI, Ryan Kiryanto mengatakan pada kuartal I pertumbuhan perbankan di Indonesia masih positif. Hal ini lantaran perkembangan ekonomi Indonesia masih dalam keadaan yang stabil setelah dicabutnya status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh Indonesia.
"Mengingat prinsip banks follow economy, business and industry, maka sejauh perkembangan ekonomi Indonesia baik-baik saja, seperti terlihat dari beberapa data ekonomi utamanya: PDB tumbuh berkisar 5 persen, inflasi terkendali 2-4 persen, indeks PMI di zona ekspansi berkisar 51, konsumsi masyarakat dan investasi langsung meningkat, maka pertumbuhan kredit tahun ini tetap cukup tinggi berkisar 10-12 persen (apalagi PPKM sudah dicabut)," kata Ryan kepada Republika.co.id, Selasa (18/4/2023).
Di sisi sumber dana, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) menurut Ryan juga akan tumbuh positif berkisar 8-10 persen. Capaian tersebut didorong oleh volume ekonomi yang meningkat, arus masuk modal asing berlanjut dan suku bunga perbankan di dalam negeri masih menarik.
"Itu semua akan membawa kinerja perbankan nasional tetap positif, ditandai pertumbuhan profit yang signifikan, karena memiliki likuiditas dan permodalan yang sangat memadai," terangnya.
Salah satu bank yang menorehkan pertumbuhan positif adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI. Bank berpelat merah itu mengawali 2023 dengan torehan yang positif dan berkelanjutan. Agenda transformasi yang masih terus berjalan semakin memberikan dampak positif pada perseroan sekaligus membuka berbagai potensi bisnis baru.
Di kuartal I 2023, kredit konsolidasi BNI tumbuh 7,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) atau mencapai Rp 634,3 triliun. Perseroan secara konsisten melanjutkan strategi kami untuk tumbuh pada segmen-segmen prioritas, yaitu kepada debitur top tier mulai dari segmen korporasi dan turunan bisnisnya yang masuk dalam sektor industri prospektif, hingga segmen konsumer, dengan tetap mengedepankan asas prudential.
Perseroan membukukan laba bersih kuartal I sebesar Rp 5,2 triliun atau tumbuh 31,8 persen yoy. Hal ini berdampak positif pada rasio profitabilitas yang tercermin dari rasio Return on Average Equity (ROAE) yang meningkat dari 14,3 persen di kuartal I 2022 menjadi 15,5 persen di kuartal I 2023, sekaligus pre-tax Return on Asset (ROA) yang juga meningkat dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen.