AS-Filipina Mulai Simulasi Perang di Dekat Laut Cina Selatan
12.200 personel militer AS, 5.400 pasukan Filipina, 111 mitra Australia ikut latihan
REPUBLIKA.CO.ID, SAN ANTONIO -- Ribuan pasukan Amerika Serikat (AS) dan Filipina menghantam sebuah kapal dengan rentetan roket berpresisi tinggi, serangan udara, dan tembakan artileri pada Rabu (26/4/2023). Serangan itu merupakan simulasi perang terbesar kedua negara di perairan Filipina untuk menghadapi Cina.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menyaksikan pertunjukan senjata AS dari menara observasi di kota pesisir San Antonio di provinsi Zambales barat laut. Duduk di samping Duta Besar AS MaryKay Carlson dan penasihat pertahanan dan keamanan utamanya.
Marcos menggunakan teropong, tersenyum dan mengangguk, saat roket melesat ke langit biru dari Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi milik AS (HIMARS). Peluncur roket dan rudal ganda dipasang di truk yang telah menjadi senjata penting bagi pasukan Ukraina melawan pasukan invasi Rusia.
Pantai di depan Marcos menyerupai zona perang yang diselimuti asap, yang bergemuruh dengan tembakan artileri saat helikopter serang AH-64 Apache terbang di atasnya. “Pelatihan ini meningkatkan realisme dan kompleksitas latihan, prioritas utama yang dibagi antara Angkatan Bersenjata Filipina dan militer AS,” kata Komandan Pasukan Korps Marinir Pasifik AS Letnan Jenderal William Jurney.
“Bersama-sama kita memperkuat kemampuan kita dalam operasi militer spektrum penuh di semua domain,” kata direktur AS untuk latihan gabungan tahunan yang disebut Balikatan yang merupakan bahasa Tagalog dengan arti “bahu-membahu.”
Sekitar 12.200 personel militer AS, 5.400 pasukan Filipina, dan 111 mitra Australia ikut serta dalam latihan tersebut. Latihan ini merupakan yang terbesar sejak Balikatan dimulai tiga dekade lalu.
Menurut pejabat militer AS dan Filipina menyatakan, latihan tersebut telah memamerkan kapal perang AS, jet tempur serta rudal Patriot, HIMARS dan Javelin anti-tank. Kapal yang menjadi sasaran pasukan sekutu adalah kapal perang angkatan laut Filipina yang dinonaktifkan yang ditarik sekitar 18 hingga 22 kilometer ke laut.
Target terapung yang lebih kecil, termasuk drum kosong yang diikat menjadi satu, juga digunakan sebagai target untuk mensimulasikan adegan pertempuran . Para pejabat militer Filipina mengatakan, manuver itu akan memperkuat kemampuan pertahanan pesisir dan tanggap bencana negara itu dan tidak ditujukan ke negara mana pun.
Tapi Cina telah menentang latihan militer yang melibatkan pasukan AS di kawasan itu di masa lalu. Beijing juga meningkatkan atas penempatan militer AS yang diperingatkan akan meningkatkan ketegangan dan menghambat stabilitas dan perdamaian kawasan.
Beijing telah memperingatkan bahwa aliansi keamanan yang semakin dalam antara Washington dan Manila dan latihan militer yang sedang berlangsung tidak boleh membahayakan kepentingan keamanan dan teritorialnya. AS pun ikut campur dalam sengketa teritorial.
Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan bahwa kerja sama militer semacam itu seharusnya tidak menargetkan pihak ketiga mana pun. "Harus kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan," ujarnya.
Marcos telah memerintahkan militernya untuk mengalihkan fokusnya ke pertahanan eksternal dari pertempuran anti-pemberontakan selama puluhan tahun. Keputusan ini karena tindakan Cina yang semakin agresif di Laut Cina Selatan menjadi perhatian utama.
Pergeseran fokus pertahanan Filipina sejalan dengan tujuan pemerintahan Joe Biden untuk memperkuat busur aliansi di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan Cina dengan lebih baik. Kesamaan ini sejalan dengan kemarahan Filipina atas Cina yang berulang kali menggangu patroli angkatan laut dan penjaga pantainya.
Beijing pun mengusir nelayan di perairan dekat pantai Manila tetapi diklaim Beijing sebagai miliknya. Filipina telah mengajukan lebih dari 200 protes diplomatik terhadap Cina sejak tahun lalu, termasuk setidaknya 77 protes sejak Marcos menjabat pada Juni.