IHSG Dibuka Terkoreksi saat Bursa Global Menguat

Laporan keuangan emiten AS kuartal I 2023 emiten lebih baik dari perkiraan analis.

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Pekerja membersihkan lantai di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun pada awal perdagangan Jumat (28/4/2023). IHSG melemah ke level 6.902,46 setelah berakhir menguat 0,51 persen pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Rep: Retno Wulandhari Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun pada awal perdagangan Jumat (28/4/2023). IHSG melemah ke level 6.902,46 setelah berakhir menguat 0,51 persen pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Baca Juga


Pelemahan IHSG terjadi di tengah menguatnya indeks saham global. Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan indeks saham di Asia mayoritas dibuka menguat mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam.

S&P 500 dan DJIA mencatatkan persentase kenaikan harian terbesar sejak 6 Januari. Sementara NASDAQ mencatatkan kenaikan harian terbesar sejak 16 Maret.

"Laporan keuangan kuartal I 2023 emiten keluar lebih baik dari perkiraan analis sehingga berhasil membayangi kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi AS," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya. 

Investor mencerna sejumlah perilisan data ekonomi AS yang keluar lebih buruk dari ekspektasi. Estimasi kedua data PDB kuartal I 2023 AS memperlihatkan ekonomi AS tumbuh 1,1 persen secara kuartalan, melambat. 

Pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2023 ini adalah yang paling lambat sejak kuartal II 2022 karena akselerasi pada Belanja Konsumen dapat diimbangi oleh penurunan pada investasi dunia usaha. Sementara inflasi AS naik 4,9 persen lebih cepat dari kenaikan 4,4 persen di kuartal sebelumnya. 

Di pasar tenaga kerja, data Initial Jobless Claims memperlihatkan jumlah penerima untuk pertama kali tunjangan pengangguran berkurang 16.000 menjadi 230.000 orang untuk pekan yang berakhir 22 April, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang bertambah menjadi 249.000.

"Ini adalah penurunan Initial Jobless Claims yang pertama dalam tiga pekan terakhir dan memperpanjang trend kondisi pasar tenaga kerja AS yang tetap ketat di tengah kenaikan suku bunga acuan secara agresif oleh Federal Reserve," kata Phillip Sekuritas.

Pasar obligasi merespon kenaikan inflasi dengan lonjakan imbal hasil (yield). Yield surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun lompat sembilan bps menjadi 3,562 persen, sementara yield US Treasury Note bertenor dua tahun terbang 15 bps menjadi 4,08 persen.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler