Seribu Perusahan Global Tinggalkan Rusia

Perushaan global hengkang setelah Rusia memulai operasi militer khusus di Ukraina.

AP/AP
Wanita berjalan melewati restoran McDonalds yang ditutup untuk pengunjung di St Petersburg, Rusia, Selasa, 15 Maret 2022.
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu, lebih dari 1.000 perusahaan telah menangguhkan atau mengakhiri aktivitas bisnis di Rusia. Meski masih ada beberapa perusahaan tetap melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

Baca Juga


Setelah Rusia memulai 'operasi militer khusus' di negara tetangganya pada 24 Februari 2022, banyak sektor dan negara mengumumkan sanksi atau penangguhan karena mencoba menekan ekonomi Rusia. Beberapa perusahaan menghentikan operasi dan pengiriman di Rusia, sementara yang lain mengakhiri investasi atau menarik diri dari kemitraan di Rusia, bahkan di Belarusia yang merupakan sekutu.

Meski banyak yang pergi, menurut laporan dari Yale University yang rilis pada Kamis (27/4/2023), puluhan perusahaan tetap melakukan bisnis seperti biasa di Rusia. Perusahan-perusahan yang bertahan  kebanyakan dari Cina, termasuk Air China, Alibaba, China Mobile, Agricultural Bank of China, Honor, Oppo, Tencent, dan ZTE.

Sedangkan masih terdapat 27 perusahaan Jerman, termasuk AnyDesk Software, Claas, Globus, Hoffman Group, dan Siemens Healthineers, termasuk di antara perusahaan aktif di negara tersebut. Sekitar 27 perusahaan Amerika Serikat (AS) juga aktif di Rusia, termasuk Quicksilver, Cloudflare, Sbarro Pizza, Riot Games, Tupperware, Valve, dan Guess. Ada hampir 30 perusahaan Prancis, 12 Italia, 7 Inggris, dan 5 Spanyol di antara perusahaan aktif.

Laporan Brand Finance menunjukkan bahwa banyak merek besar Barat menangguhkan operasinya.  Amazon menangguhkan operasinya di Rusia pada 9 Maret 2022, dan Apple yang menempati posisi kedua dalam daftar merek teratas juga menangguhkan semua penjualan resmi di Rusia mulai 2 Maret 2022.

Selain itu Google menangguhkan beberapa layanan di negara itu pada Maret 2022, seperti pasar periklanan dan aplikasi. Pada bulan Januari, laporan St Gallen University yang berbasis di Swiss menunjukkan bahwa hanya 8,5 persen perusahaan Uni Eropa dan anggota G7 yang mengambil langkah untuk keluar dari Rusia atau menangguhkan operasi mereka di sana. Sementara itu, beberapa berita menegaskan bahwa negara-negara G7 sedang mendiskusikan pembatasan operasi bisnis di Rusia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler