Bank Dunia Luncurkan Peringkat Iklim Usaha Baru

Metodologi ini untuk membantu menarik investasi dan meningkatkan lapangan kerja.

facebook.com/pg/worldbank
Kantor Pusat Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat. Bank Dunia meluncurkan metodologi baru dan meningkatkan perlindungan untuk menilai iklim bisnis di 180 negara. Metodologi baru ini diluncurkan menyusul pengungkapan penyimpangan data dan keberpihakan kepada China, yang memaksa bank multilateral ini membatalkan peringkat negara tersebut dua tahun lalu.
Rep: Novita Intan Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia meluncurkan metodologi baru dan meningkatkan perlindungan untuk menilai iklim bisnis di 180 negara. Metodologi baru ini diluncurkan menyusul pengungkapan penyimpangan data dan keberpihakan kepada China, yang memaksa bank multilateral ini membatalkan peringkat negara tersebut dua tahun lalu.

Baca Juga


Bank Dunia membatalkan peringkat Doing Business pada September 2021 menyusul audit internal dan penyelidikan independen yang menemukan para pemimpin senior Bank Dunia telah menekan staf untuk mengubah data agar menguntungkan China. Bank Dunia menyebut adanya penyimpangan data yang juga mendongkrak peringkat negara lain, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Azerbaijan.

Edisi perdana dari seri peringkat tahunan pengganti yang disebut Business Ready akan diterbitkan pada musim semi 2024, yang mencakup kelompok awal 54 negara di Asia, Amerika Latin, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Sub-Sahara. Lebih banyak negara akan ditambahkan dalam dua tahun ke depan seiring dengan penyempurnaan metodologi dan peningkatan proyek baru ini. 

"Metodologi ini bertujuan untuk membantu negara-negara menarik investasi dan meningkatkan lapangan kerja dan produktivitas untuk mempercepat pembangunan. Business Ready mencerminkan pendekatan yang lebih seimbang dan transparan dalam mengevaluasi iklim bisnis dan investasi sebuah negara," tulis Bank Dunia dalam pernyataan resminya, Selasa (2/5/2023).

Sementara itu Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill mengatakan  pendekatan baru ini memungkinkan pengukuran yang lebih lengkap dan lebih akurat terhadap iklim investasi di berbagai negara. Menurutnya, hal ini sangat dibutuhkan di tengah-tengah ekonomi global yang sedang mengalami perlambatan.

"Business Ready dibentuk berdasarkan rekomendasi dari para ahli Bank Dunia, pemerintah, sektor swasta, dan kelompok-kelompok masyarakat sipil, dan pertama kalinya memasukkan hak-hak pekerja, seperti yang ditetapkan oleh Organisasi Buruh Internasional, sambil mengakui bahwa regulasi juga memiliki aspek positif," ucap Gill.

Direktur Kelompok Indikator Bank Dunia Norman Loayza menambahkan Bank Dunia akan mempublikasikan semua data yang terkumpul, baik itu data mentah, skor, dan perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan skor dari kontributor sektor swasta, serta dari survei-survei terhadap para wirausahawan, pemilik dan manajer perusahaan. "Poin utama bagi kami adalah kami perlu memastikan integritas data dan kami memiliki pendekatan yang sangat komprehensif untuk melakukannya," kata Loayza.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler