Kasus Ayah Bunuh Anak Kandung di Gresik, Mengapa Orang Tua Tega Menyakiti Anak?
Dalam beberapa kasus, orang tua membunuh anak dengan alasan demi 'kebaikan' si anak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ayah di Gresik tega membunuh anak kandungnya yang sedang terlelap tidur pada Sabtu (29/4/2023). Berdasarkan pengakuannya, sang ayah melakukan perbuatan keji tersebut karena ingin anaknya masuk surga dan tak melihat perilaku sang ibu yang bekerja sebagai lady companion (LC).
Pelaku menusuk korban sebanyak 24 kali dengan menggunakan pisau dapur. Semua tusukan diarahkan pelaku ke arah punggung anaknya. Dari puluhan tusukan tersebut, tiga di antaranya tembus bagian dada dan mengenai jantung korban.
Pada tahun lalu, seorang ibu di Brebes juga tega merenggut nyawa tiga anaknya sendiri dengan alasan "demi kebaikan". Sang ibu mengaku melakukan pembunuhan tersebut karena ingin menyelamatkan anak-anaknya dari kemiskinan agar tidak hidup susah.
Pembunuhan anak yang dilakukan oleh orang tua dengan alasan "demi kebaikan anak" dikenal pula sebagai altruistic filicide. Altruistic filicide adalah tindakan pembunuhan secara sengaja yang dilakukan kepada anak atas dasar "cinta".
Orang tua meyakini bahwa tindakan tersebut dapat membebaskan anak mereka dari kesulitan. Kesulitan ini bisa berupa kesulitan yang nyata maupun imajinasi yang dimiliki oleh orang tua, menurut Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law (JAAPL).
Altruistik merupakan salah satu dari lima motif utama yang kerap ditemukan dalam kasus pembunuhan anak oleh orang tua. Keempat motif lainnya adalah psikotik akut, ketidaksengajaan, kelahiran anak yang tak diinginkan, serta balas dendam kepada pasangan.
Motif di balik sekitar 70 persen kasus filicide-suicide adalah altruistik. Sedangkan altruistic filicide dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu altruistic filicide psikotik dan non psikotik.
Altruistic filicide psikotik merupakan pembunuhan pada anak yang didasarkan pada keyakinan delusional bahwa anak sedang dalam sebuah bahaya atau memiliki nasib buruk. Sedangkan altruistic filicide non psikotik terjadi karena orang tua merasa anaknya yang sakit berat akan lebih baik bila tidak meneruskan hidup.
Sekitar hampir sepertiga kasus altruistic filicide merupakan kasus psikotik. Lalu sekitar tiga perempat lainnya adalah altruistic filicide non psikotik.
Pada sebagian kasus altruistic filicide, orang tua mengalami kondisi depresi. Oleh karena itu, tragedi pembunuhan seperti ini terkadang diikuti dengan tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh orang tua (filicide suicide).
Secara umum, rasio pembunuhan anak atau filicide yang dilakukan oleh ayah dan ibu hampir setara, menurut Psychiatric Times. Akan tetapi, rerata usia korban pelaku ibu cenderung lebih muda dibandingkan ayah. Sedangkan ayah cenderung melakukan pembunuhan pada anak secara impulsif, dalam kondisi mabuk, serta menggunakan metode yang kejam.